Rabu, 29 Juni 2016

Sudah lelap...

Nak... kelak... jikapun bunda tiada, atau tak ada lagi ayah yg begitu sabar menuntun membersamai barisan saf-nya, yg memangku berdua mendengar hikmah, tetaplah bermalam di masjid d sepuluh Ramadhan terakhir. Lebih sedikitlah tidur... lebih sedikitkan makan...
Semoga kita mendapatkannya...

meski rasanya jauuuuhhhh... rasanya tidak mungkin...
Kepada-Nya.. antara takut dan harap...
Semoga kita mendapati'nya.

Rabu, 30 Maret 2016

Bahagia.. Sederhana



Bismillah..
Ba’da tahmid wa shalawat
Rabu, 30 Maret 2016
21:45 WIB

Tadi menyaksikan siaran di salah satu program TV One, menceritakan seorang yang telah berusia 37 tahun dan memiliki keterbatasan fisik. Namun tetap gigih berjuang dengan sang ibu, memungut sampah, berjalan puluhan kilo dalam sehari. Ayahnya buta, di rumah ada empat orang keponakan lagi yang mesti dihidupi dan dia harapkan agar tidak sampai putus sekolah.

Meski hidup dengan segala keterbatasan (menurut pandangan manusia), dia kaya..... Ibunya sangat pantang meminta-minta. “Allah itu Maha Adil,” tuturnya. Tegas. Tegar.

Ya Rabb... Bahagia itu begitu sederhana
Ada pada syukur dan ikhlas...
Benarlah... yang mempercayai keberadaan-MU, yang mengimani dengan teguh semua nama-MU akan senantiasa merasa cukup. Kekurangan tak menjadikan mereka menjadi peminta-minta.  Kelebihan tak kemudian menjadikan mereka jumud.

“Bang... kita ini harus sering-sering melihat yang seperti itu ya, Bang,” ujarku di meja makan.
Dilanjutkan dengan obrolan analisis suami tentang tayangan yang berkaitan dengan pemberitaan yang marak beberapa waktu ini :D

Meja makan selalu menjadi tempat yang begitu menyenangkan untuk berdiskusi J sangat jauh dari suasana diskusi di kampus dulu :p adem... menenangkan.. begitulah berbincang dengan Ayah Fathul itu. Lelaki yang menurutku memiliki stok sabar yang luar biasa dan kudoakan tak pernah habis.
Kelak.. jika Uda Fathul dan dedek Raid sudah bisa makan di meja.. tentu akan lebih hangat lagi :’)

Memilikinya, dua jagoan yang ‘banyak tingkah’nya adalah cukup. “Hhhh... kurang apa lagi kita ni ndak, Bang....”
Usai berbincang-bincang begini, kami selalu mengakhiri degan simpul. Bagi kami, perbaikan diri, menyiapkan masa depan anak, dan menjadi penyejuk hati bagi orangtua adalah misi utama. Mencapai visi abadi, bersama di syurga. Tanpa kurang satu pun.

Benarlah.. genggamlah dunia di tangan agar mudah dilepaskan, jangan simpan dunia di hati.. agar tak berat untuk tunduk dan patuh pada-NYA.

Sering kali, dunia ini meletihkan. Membuat lupa akan untuk apa diri berada. Jadi mesti selalu diingatkan, diulang... visi misi itu.

(hutang sudah begitu menumpuk ternyata.... makasi sudah selalu setia menagih ya Bundo Hauna :*)


Jumat, 19 Februari 2016

LGBT, Berpikir ulang dan kembalilah...

Bismillah
Selalu... degan menyebut nama-Mu ya Rabb. Engkaulah sebaik-sebaik dan sesempurna penjaga. Lindungilah kami... T_T

Waktu itu fajar menyingsing, seorang lelaki dan kedua putrinya bersimbah keringat menjauhi kota. Baru saja mereka melewati batas kota, bumi bergetar hebat, angin betiup dengan begitu kencang, sekencang-kencangnya, saat rasa takut mulai menjalari penduduk kota hingga ke sanubari, hujan turun... bukan air tapi hujan batu api. Astagfirullah. Astagfirullah.

Kota tersebut kemudian abadi di dalam Al Quran, kisahnya menjadi salah satu dari banyak kisah yang berisi tentang pesan Tuhan.. Allah azza wajalla.

Iblis, sejak nenek moyang kita, Adam, diciptakan sudah menanam kebencian membara kepada manusia. Betapa tidak? Gara-gara manusia dia harus terusir dari syurga. Bukan terusir saja, tapi juga tak akan pernah lagi merasakan syurga. Karena tempatnya sudah pasti, neraka, Allah sudah memutuskan.

Maka atas keputusan itu dia kemudian meminta diberi tangguh. Apa? Untuk mengajak sebanyak-banyaknya manusia mengikuti golongannya... jalannya.. hidzbusyaitan. Godaannya dari kanan kiri, depan belakang. Dia memiliki banyak cara untuk menipu daya kita. Manusia. Anak cucu Adam yang sangat dibencinya.

Tipu daya itulah yang dilakukannya kepada Nabi Adam dan Siti Hawa, tipu daya itu jugalah yang dilakukannya kepada kaum nabi Luth. Tipu daya yang sangat besar. Sebelumnya, kaum Nabi Luth ini merupakan kaum yang dikaruniai banyak kelebihan. Mereka suka bergotong royong, kompak, selalu bersatu padu dalam segala persoalan. Mereka pergi bekerja bersama-sama, anak-anak dan istri mereka tinggal di rumah menunggu kepulangan mereka dari bekerja. Sungguh sangat sulit bagi iblis untuk menyesatkan kaum ini. Sampai kemudian iblis mendapatkan cara. Setiap kaum Nabi Luth pulang bekerja, malam harinya para iblis merusak pekerjaan yang sudah mereka kerjakan. Keesokan harinya mereka bertanya-tanya, siapa gerangan yang sudah merusak pekerjaan mereka.

Pada hari berikutnya, iblis menjelma menjadi seorang anak muda yang tampan dan kembali merusak pekerjaan kaum Nabi Luth. Masyarakat kemudian melihat dan menangkap anak muda tersebut.

Mereka kemudian bersepakat menjatihkan hukuman mati kepada pemuda rupawan itu. Saat malam di dalam penjara, iblis berwujud pemuda itu meratap begitu sedih sehingga seseorang di antara kaum Nabi Luth yang menjaga penjara tersebut tersentuh dan bertanya kepada sang pemuda. Pemuda menceritakan kalau ayahnya selalu memeluknya ketika dia akan tidur. Karena kasian, penjaga tersebut kemudian memeluknya.

Saat itulah kemudian iblis mengajarkan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh peradaban manusia. Sodomi pertama kali dalam sejarah manusia terjadi.

Ketika penjaga tersebut bangun di pagi hari, pemuda jelmaan iblis itu sudah tiada. Dia kemudian menceritakan kepada teman-temannya akan apa yang dialaminya. Sampai kemudian mereka mencoba satu sama lain. (Astagfirullah. Hanya kepada-Mu kami berlindung ya Rabb)

Kaum wanita pun dirusak. Iblis juga menjelma menjadi wanita dan menghasut para wanita di negeri itu, mengatakan bahwa laki-laki mereka sudah tidak memerlukan mereka. Karena marah dan dendam, jadilah kaum perempuan pun memuaskan nafsu mereka dengan sesama mereka.


"Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). Ingatlah tatkala dia berkata kepada mereka:"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (Al-A'raf:80-81)

Luth mengajak mereka pada kebenaran namun kaumnya terus melampaui batas. Doa adzab pun tertutur. Tenggelamlah kota itu oleh adzab dan kehinaan.

----

Negeri ini sedang hiruk pikuk dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Awalnya kekhawatiran saya tidak begitunya. Saya menolak. Jelas. Gerak konkrit penolakan, saya lakukan degan turut mengisi petisi penolakan secara online. Tapi untuk begitu merenungi dan merasa-rasakan adanya, rasanya tidak begitu penting (pikiran amak-amak banyak. haha). Sampai kemudian saya nonton di ILC TV One. Baru saja acara itu dimulai, saya sudah beristigfar berkali-kali. Bunda Elly Risman yang sebagai psikolog sekaligus pakar parenting ternyata juga hadir. Saya sering membaca tulisan-tulisan beliau tentang parenting. Apa yang beliau sampaikan dalam acara tersebut pun sudah pernah saya baca sebelumnya. Mereka-mereka yang berbicara dalam forum tersebut, baik yang mendukung dan tidak mendukung membuat saya akhirnya tidak tidur nyenyak malam itu. Menatapi kedua anak bujang yang sedang terlelap. "Ya Rabbi, jaga mereka... selalu."

Allah pasti, pasti akan menjaga mereka. Bukankah semua kita adalah dalam penjagaannya? Tak pernah luput. Tapi tugas saya adalah menyiapkan sebaik-baik bekal. Agar mereka selalu terjaga. Agar mereka selalu merasa Allah bersama mereka. Muraqabatullah.

Saya mulai mencari banyak tentang cara membentengi anak dari penyakit tersebut. Dapat. Intinya tetap saja, agama dan kehadiran peran ayah dan ibu mereka sebagaimana tempatnya. Merujukkan pendidikan mereka kepada cara pendidikan dalam Al Quran.

Keluarga Nabi Ibrahim mempunyai misi (Q.S Ibrahim:35-37)
-Penyelamatan aqidah
-Pembiasaan ibadah
-pembentukan akhlakul karimah
-pengajaran lifeskill

Visi keluarga Imran (Q.S Ali Imran:35)
-Menciptakan hamba Allah yang taat

Kita harus membedakan pengasuhan anak laki-laki dan perempuan karena otak mereka berbeda, tugas dan tanggungjawab mereka ketika dewasa juga berbeda.
Sebagai orang tua, kita wajib memberikan rasa aman dan menajwab semua pertanyaannya tentang dunia dan akhirat yang mungkin sangat membingungkannya. Mari kita biasakan bertanya tentang perasaan anak setiap hari. Setiap hari.

Besok saya akan ceritakan kepada mereka tentang Nabi Luth. Keteguhannya dan buah dari perjuangannya.

"Nak, hidup ini adalah perjuangan. Selama masih hidup di dunia selama itu pulalah kita memperjuangkan yang haq dan melawan yang batil. Kuatlah. Beranilah. Jadilah anak-anak ayah bunda yang soleh, kuat nan berani. Soleh, kuat dan berani, sayang. Tak cukup soleh saja karna kebatilan itu harus dihalau dengan kekuatan dan keberanian."

Bangga pada Wakil Gubernur Sumbar yang dengan tegas mengatakan, "LGBT, silahkan angkat kaki dari Sumbar!" Terimakasih, Pak. Engkau telah mempermudah jalan penyelamatan bagi anak-anak kami. Penyelamat bagi generasi penerus bangsa ini.

Para LGBT, Bapak Wagub bukan benci tapi justru menyayangi kita semua. Ayo, terus semangat untuk memperbaiki diri. Jangan perhatikan kata 'angkat kaki'nya tapi tangkaplah makna bahwa beliau menginginkan kalian kembali. Jika mau maka bisa. Apalagi kemauan untuk hidup kembali normal sesuai norma negeri kita, itu begitu mulia. Di negeri ini, tak satupun agama yang membolehkan LGBT. Pintu selalu terbuka bagi mereka yang ingin memperbaiki diri. Selalu ada kertas putih di setiap kesempatan kita membuka mata kembali di pagi hari.

Kita sama-sama ingat kisah yang Allah abadikan dalam Al Quran, Nabi Luth berjuang mati-matian mengajak dan memberikan nasihat kepada kaumnya. Tahukah? apa yang kemudian sampai pada mereka yang tetap berkeras hati... Sungguh siksaan Allah tak terperi. Na'udzubillah min dzalik.

Wawlahu'alam bishawab. Semua yang benar datang dari Allah dan yang salah dari pribadi saya yang Dhoif. Astagfirullah.

Jumat, 23:35 WIB.

Kamis, 11 Februari 2016

Bersamamu, Adalah Anugrah Terindah (4)

Bismillah
Selalu.. Dengan menyebut nama-MU dan harap atas berkah dan ampunan dari-MU ya Rabb....

Jumat, 12 Februari 2016, pukul 03:22 WIB Lubuk Buaya, Kota Padang

Empat tahun yang lalu, tepat di Minggu, 12 Februari 2012, pukul 07.15 WIB, pertanggungjawaban atasku dengan berani dan mantap kau ambil. Kau jabat erat tangan abak. Laki-laki terkasihku. Dengan satu tarikan nafas, perwalian beralih kepadamu T_T Perjanjian berat, mitsaqon ghaliza. Saat arsy berguncang. Para malaikat pun menyaksikan. Saat para setan benci bukan kepalang.

Empat tahun yang lalu, tepat di waktu-waktu ini aku bermunajat, "Ya Rabbi... Jika memang dia.. nama yang tertulis di lauh mahfudzku, jadikanlah dia sebaik-baik laki-laki yang akan menggenggam erat tanganku menuju syurga-Mu".

Sekarang, do'a itu masih sama,"Ya Rabbi... Jadikanlah dia sebaik-baik laki-laki yang akan menggenggam erat tanganku dan anak-anakku menuju syurga-Mu.. menyelamatkan kami, dari pedih dan hinanya api neraka-Mu".

--Bagiku, menikah dengan laki-laki yang tak pernah dikenal sebelumnya, hanya bertemu lewat proposal ta'aruf dan menikah adalah ideal. Adalah impian. Namun, bertemu dengan laki-laki yang dengan mantap meminta saya menikah setelah hanya beberapa bulan bertemu karena tugas adalah kehormatan. Dia tidak begitu tahu tentang ta'aruf, proposal dan segala macam tetek bengek proses menikah ala prinsip saya. Tapi dengan sabar dia lalui. Proposal, bertemu ustadz ini dan ustadz itu. Mulai ikut Mengaji. Berhenti merokok. -- Bagiku, itu adalah kehormatan. Kehormatan.

Juni 2011 kita dipertemukan di posko Hukrim Pengadilan Negeri Padang, semuanya biasa. Kak Yani, kak Nini, Bang Adi, Bang Heldy, Bang Ben, Bang Lubis, dan dirimu adalah partner kerja yang membuat belajar banyak. Sungguh jurnalis menjadi semakin indah dengan setiap tantangan kerja yang ada. Semua biasa.

Sebelum kemudian sebuah notifikasi catatan tiba (sekitar Agustus). Inbox masuk. Paginya, aku menelepon murabbi untuk mempertimbangkan. Bolehkah dilanjutkan atau tidak. "Ajukan 3 syarat dan kalau beliau mau memenuhi, minta hubungi uni untuk proses selanjutnya." September aku memutuskan untuk pindah bekerja. Sungguh bukan kesanggupan untuk berada di tempat yang sama denganmu.

Dan bismillah.... November rencana menikah fiks. Terkendala. Tapi apalah kuasa, DIA-lah yang menakdirkan kita bersama.

"Kasar ya, tangan abang," saat menulis ini aku tersenyum sendiri, mengingat kata pertama yang keluar dari mulutmu saat aku dengan ragu bersalaman denganmu, suami. Suami. Finally, takdir itu tiba di 12 Februari 2012. Dua tahun lebih cepat dari yang aku rencanakan. Maret 2011 tamat. Cari uang. 2013 s2.

Setelah menikah, hamil, aku sempat berpikir S2 sepertinya tinggal rencana. Tapi apa? Allah punya rencana lebih indah ternyata kawan. Tepat pertengahan 2013 rezeki s2 bertemu. Puji syukur ya Rabb. Setelah Fathul menjadi luar biasa pelengkap kebahagiaan di 8 Desember 2012, Semester 2 kuliah rezeki anak kedua bertemu. Di 18 Juni 2014 Raid Raqilla hadir ke dunia. Setahun kemudian, aku melingkari kembali satu daftar di daftar mimpi kami. Lulus kurang dari dua tahun. Adalah mimpi. Adalah perjuangan. Adalah bukti cinta-NYA, cintamu, anak-anak, dan orang tua kita.

Sayang, empat tahun pernikahan kita. Entah akan sampai kapan jatah kita di dunia. Entah sampai kapan kesempatan kita untuk melakukan sebanyak-banyak kebaikan. Entah sampai kapan kita dapat membersamai dua jagoan kita. Yang pasti tugas saat ini adalah menjadikan mereka menjadi seberharga-berharganya manusia. Anak sholeh. Untuk menuntun mereka, kita harus jauh lebih sholeh. Kita memang tidak tahu mereka kelak akan di jalan mana. Tapi tugas kita di masa sebelum baligh mereka adalah menyiapkan sebaik-baik bekal. Zaman terus berubah, tantangan mereka semakin berat.

Tugas kita tak hanya menyiapkan bekal harta untuk mereka. Tapi jauh lebih dalam dari itu, aqidah, akhlak.Sayang, masalah akhlak, kau jangan diadu denganku. Di rumah, kau adalah jawaranya. Tapi kita perlu rencana, perlu peta untuk menggapai impian bersama kita, syurga. Seperti pembicaraan kita bersama para murabbi saat ta'aruf dulu.

"Membangun rumah tangga islami bermuara syurga". Cinta Allah itu yang harus kita kejar, syurga itu bonus. 
Sayang, doakan aku agar berlipat-lipat sabar dan ikhlas. Sungguh menjadi istri dan ibu adalah profesi luar biasa. Karena aku yang lebih sering mereka lihat di rumah. Sayang, doakan aku agar semakin shalihah. Agar semua cobaan atau mungkin na'udzubillah mindzalik azab yang datang dapat menjadi pertambahan derajat keimanan dan alarm pengingat.

Untukmu..."Ya Rabbi... Jadikanlah suami hamba sebaik-baik laki-laki yang akan menggenggam erat tangan hamba dan anak-anak hamba menuju syurga-Mu.. menyelamatkan kami, dari pedih dan hinanya api neraka-Mu".



Terimakasih atas semua kesabaranmu, atas semua pengorbanan dan jerih payahmu, atas semua pelajaran yang kau sampaikan dalam tenang. Atas berkali-kali persediaan sandaran bahu dan usapan kepala darimu. Kau yang terbaik. Kaulah yang terbaik.. anugrah terindah yang Allah hadirkan dalam hidupku.

Abang.. maafkan atas segala salah, ngambek-ngambek tak karuanku. Atas semua pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anak yang masih juga keteteran. Atas semua tuntutanku akanmu, meski aku tahu bahwa kita dipertemukan justru untuk saling menyempurnakan. Bukan saling menuntut kesempurnaan. Saling melengkapi bukan untuk menjadi pelengkap saja. Saling menutupi kekurangan satu sama lain.

Aku mencintaimu karena Allah, Bang. Until Jannah.
Aku dan anak-anak, Fathul Islam Definda dan Raid Raqilla Definda mencintaimu karena Allah, Bang. Until Jannah.

Semoga Allah sudi memasukkan kita dalam barisan orang-orang beriman, orang-orang baik, golongan kanan, yang berbaris panjang di barisan Rasulullah di yaumil akhir.

Ya Rasulullah... safa'atkan kami. Ya Allah, beri selalu kekuatan untuk kami untuk bertahan dan menjadi semakin baik di jalan-MU.


















Nb.
Selamat empat tahun anniversary juga
untuk sahabat-sahabat perindu syurga (ingat aku, mintalah aku, jemput aku, ketika kalian telah terlebih dahulu di syurga dan tak melihatku) --kak ilen (1 Januari 2012), Dinda Ulvina Hafiza (4 Februari 20120), Ukhty Lina Oktaviana (24 Februari 2012)-- Semoga sakinah, mawaddah, warahmah selalu dunia akhirat :')

04:34 WIB

Rabu, 03 Februari 2016

Finally... Tuntas 2 Tahun kurang 3 Bulan :')

Bismillah
Jumat, 5 Juni 2015
Perpustakaan Lt.4

Hhhh...... lepas sekali rasanya. Sampai juga perjuangan ini pada toga kedua. Bukan hanya perjuangan saya, anak-anak, suami, orangtua, bahkan mertua, ibunda. Yang telah begitu sabar bolak-balik Solok-Padang di setiap minggunya. Tentu bukan soal mudah bagi tubuhnya yang tak lagi muda. Ya Rabbi... sungguh nikmat mana yang sanggup hamba dustakan. Engkau karuniai hamba ibu yang begitu penyabar dan penyayang. Bantuan yang selalu diberikan tanpa sempat aku memintanya.

Masih segar diingatan ketika aku pulang dengan mata sembab. Ba'da kuliah. "Kenapa? Bertengkar dengan abang?" (oh.. amak.. sungguh... anakmu itu adalah sesabar-sabar manusia, mana pernah dia mempertengkariku). Aku menggeleng. "Terus kenapa? Ada masalah di kampus?". Air mata yang sebelumnya telah tumpah dalam perjalanan pulang kampus, tumpah kembali. "Teman winda sudah acc seminar proposal, mak. Winda bahagia, bahagia sekali," ujarku. Kata-kata yang meluncur dari mulutku langsung disambut dengan senyum dan mata berkaca.

"Winda kerjakanlah tesis winda, anak-anak biar mak. Masuk kamar. Nanti kalau Ra id mau ASI, mak panggil. Bawalah buku-buku ke dalam semuanya. Pokoknya keluar kalau perlu saja. Fathul, Ra id biar mak yang urus."

Bayangkan. Apa gerangan yang membuat beliau mengeluarkan kata-kata sedemikian rupa? Apa yang membuat beliau sedemikian cepat menangkap titik mana yang kugelisahkan? Ya Rabbi... fabi ayyi aalaaaa irobbikumma tukadziban. Betapa indahnya ini. Pergi pagi pulang menjelang magribku. Beliau sabar. Sabar sekali. Sama sekali tak mengeluhkan ini itu. Padahal aku tentu saja sangat tahu bahwa menjaga anak-anak seharian itu sangat memberatkan. Apalagi mereka yang keduanya masih begitu butuh pengasuhan maksimal. Aku tahu mak letih. Setiap kali merasa bersalah, beliau selalu dengan semangat menanyakan perkembangan tesis. Kalau aku mengucap salam dengan riang karena mendapat progress berarti, beliau adalah sosok yang akan menyambut dengan tawa dan kata-kata, "Kalau kerja keras Allah pasti memberi jalan."

Kalau aku mengucap salam dengan lemah, membuka pintu dengan lesu, beliau akan mengatakan bahwa untuk mencapai sesuatu itu butuh perjuangan dan jangan pernah menyerah. Maka selalu ada energi baru ketika membuka pintu rumah kami. Lari-lari kecil Fathul, ciumnya pada tanganku, dan gelak ceria Ra id.

"Bunda asih keja, Nda," kata Fathul nongol dari pintu kamar. Aku tersenyum. Fathul duduk. Kucium dia. Dia tertawa. Seringkali, Fathul menjadi penolong (bagi Fathul :D) "Uda, mau bantu, Nda". Pernah setengah 3 pagi dia terbangun mendengar mesin printer berbunyi di ruang tengah. Menyusulku. "Nda, bia Uda bantu, Nda," T_T Fabi ayyi aalaaaa irobbikuma tukadziban.

Atas doa-doa Mamak Bak disana yang tak pernah putus, atas doa-doa Bapak Emak, atas semua pengorbanan, sabar dan cinta Ayah Fathul, atas semua polah Fathul dan dede' yang mengurangi segala lelah... Ini untuk kalian.

Ya Rabb... jadikanlah aku yang tak pernah putus bagi orangtuaku. Jadikan aku istri soleha, ibu terbaik dan manusia yang paling banyak bermanfaat. Aamiin.

--

Lampiasan Amarah adalah Selalu Merugikan

Bismillah, Ba'da tahmid wa shalawat

Rasulullah...
adalah seindah-indah manusia
Se'anggun-anggun' akhlak adalah miliknya nan begitu menawan. Seringkali, menemui beliau dalam berbagai ayat di Al Quran dan berbagai kisah, saya tergugu. Bagaimana bisa? Menarik nafas dan menahan sesak. Bagaimana bisa? Menangis. Bagaimana bisa?

Dialah sebaik-baik manusia itu. Yang muka masamnya saja ditegur oleh Allah. Saking tiadanya akhlak, selain akhlak baik darinya. Muka masam seolah adalah tingkatan kekeliruan paling 'parah' bagi beliau. Sampai satu surah pun turun untuk mengoreksinya.

Lalu saya? Muka masam itu mungkin adalah tingkatan paling, paling, paling rendah dari kesalahan akhlak saya. Lantas bagaimana yang paling parahnya?

Ya Rabbi.. berikan kekuatan untuk senantiasa meresapkan dan memaknai pesan yang Engkau sampaikan lewat gerik dan diam kekasih-MU tercinta.

Banyak orang mengatakan kalau orang yang jarang marah itu, atau sering menahan amarah itu bak menyimpan api dalam sekam. Suatu ketika jika meledak maka akan berkobar seberkobar-berkobarnya. Jadi lebih baik dilampiaskan saja satu per satu. Saya turut mengamininya.

Ah, salah besar ternyata.

karena bagi seorang muslim, menahan amarah adalah bagian dari keimanannya kepada Allah dan Rasulullah. Tak ada api dalam sekam bagi mereka. Seperti dalam QS Imran 133-134, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk roang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".

Menahan marah adalah kebajikan. Jika karena Allah, maka amarah yang ditahan itu sama sekali tak akan menjadi api dalam sekam. Karena hatinya tulus memaafkan, ikhlas merelakan.

Rasulullah juga pernah mengatakan, "Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tapi adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah". Lagi. "jangan marah, bagimu syurga."

Pernah pula..
Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.

Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, Abu Bakar tersadar dan bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, janganlah engkau biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!"

Rasulullah menjawab, "Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah SWT."

Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.

Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan denganmu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya. Menangislah Abu Bakar.

Sungguh.. apapun, lampiasan kemarahan yang disampaikan dengan marah adalah kerugian.

Sabtu, 29 November 2014

Teruntuk... Belahan Jiwa


Kamis, 19 November 2014

Mulai Kembali... menuju 27 tahun.. memberlalu 26 tahun

26 tahun yang lalu, takdir membawaku ke dunia. Usai dengan tunduk berjanji kepada Tuhan akan hidup, mati, rezeki dan jodoh. 23 tahun kemudian aku mantap menjalankan proses taaruf denganmu. Yang aku masih tak tahu, apakah benar-benar namamu yang ada dalam janjiku jelang masuk ke janin 120 hari dalam perut ibu.

Sampai pada 12 Februari 2012. Usai kau ambil tanggungjawab atasku dari tangan lelaki terbaikku, ayah. Dan ternyata... benarlah... dirimu yang dimaksud dalam lauh mahfudz itu.

Kini.. Bagiku... semakin berkurang usia adalah semakin belajar dan memaknai bahwa syurgaku pada ridhamu. Hal yang kurasa dua tahun yang lalu sebegitu mudahnya. Karena sedikit pun aku tak pernah merasa kesal, apalagi marah padamu. Cuma 'ngambek-ngambek' biasa yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatianmu :D Namun semakin bertambah usia pernikahan kita, aku justru semakin labil. Semakin memusingkan ini itu. Semakin merasa semua salah. Semakin sering merasa bahwa aku tak mampu melakukan semuanya dengan sempurna. Rumah. Anak-anak. Semua keperluanmu. Yang berakhir dengan diamku. Pertanda bahwa aku sedang rusuh. Oh.. Allah...

Aku takut sabarmu hilang. Aku takut mungkin kau akan lelah. Aku takut kau tak lagi membujuk. Tapi sungguh jiwa ini terasa begitu sulit untuk diatur. Semua pekerjaan yang tidak dapat kuselesaikan dengan baik sedemikian menyiksanya. Termasuk tesis. Apalagi itu. Kuliahku serasa semakin menyusahkanmu dan anak-anak. Abang... tadi pagi dalam perjalanan ke kampus... Air mata bercucuran. Mengingat akan semua 'lalai'ku padamu. Semua ketidakinginmengertianku akan apa adanya dirimu.

Abang.. selamanya engkaulah anugerah terindah. Kumohon bantumu atas segala bengkokku. Imam... sungguh cita-cita tertinggiku adalah ingin tetap ingin bersamamu dan anak-anak kelak di syurga. Ajari aku. Jangan letih. Jangan pernah lelah. Sebaik-baik doa untukmu selalu... selalu.. selalu..

Resolusi 2014
26 tahun sudah
banyak yang sia-sia
banyak yang terlalaikan
maafkan bunda, Yah...
Ampuni hamba ya ALLAH

Waktunya untuk menjadi istri yang lebih baik lagi, menjadi ibu yang lebih indah lagi, menjadi anak yang tambah berbakti.