Minggu, 27 Januari 2013

Aku dan Kebersamaan Dengannya...

(Sebuah surat yang terlayang untuk Kakak, sekaligus Amak, sekaligus Sahabat Juang)

Aslmkum wr.wb

Apa kabar kak? Juga divisi kita. Sungguh ada rindu untuk kembali berkumpul dengan tim di kantor. Cuma memiliki anak ternyata jauh lebih membuat ingin dan sebenarnya memang harus betah di rumah kak (tak sefleksibel yang dulu pernah winda pikirkan).

Sekarang winda masih di Solok, sebelum Fera Zora nelpon tadi pagi memang sudah berpikir untuk senin depan masuk agak2 dua-tiga jam, belajar meninggalkan Fathul. Winda pikir, pasti kakak sangat kelabakan kini. Amat sangat. Berkurangnya tim...

Kak.. kalau dipikir-pikir, sebenarnya mungkin bagi sebagian orangtua biasa saja meninggalkan anaknya untuk pergi kemana-mana. Atau mungkin tetap ada berat tapi ditinggalkan juga. Mungkin itulah nanti yang juga terjadi dengan winda ketika sudah masuk kerja kak. Sudah winda timbang. Besok itu kalau kerja winda berangkat dari rumah pkl 7, sampe rumah lagi pkl 6. Nyampe di rumah tentu sudah lumayan letih dan seberapa banyaklah waktu winda bersama Fathul, walaupun sebenarnya ada yang mengatakan, kebersamaan itu biar sedikit tapi berkualitas.

Tentu winda harus sangat belajar bagaimana menjadi kebersamaan sedikit dan berkualitas itu kak.  Belum lagi rencana winda untuk insyaallah melanjutkan S2 kisaran pertengahan tahun ini (klo berjodoh). Jadi waktu sabtu dan minggu winda untuk Fathul yang full itu hanya sampai pertengahan tahun  ini. Maksimalisasi dua tahun ini, benar2 menjadi masa luar biasa mungkin bagi winda. Ibu, Amil DDS, dan mungkin kampus.

Kak.. Sungguh waktu cuti seperti ini akan sulit kami dapatkan lagi. Bahkan rencana nanti, winda mau masuk setengah 8 dan mau mengajukan penambahan istirahat siang setengah jam untuk pulang ke rumah (sekedar untuk bertemu, ngisi bensin Fathul siang, dan menciuminya kak.. T_T) dan kemudian pulang ke kantor lagi sampai kemudian pukul 5 berlalu.

Kak... sering winda mengunjungi Grup di FB, menangkap. Subhanallah... semakin tinggi target yang diembankan kepada tim kita. Ini hal yang luar biasa karena tentu akan lebih banyak pula kuantitas mereka yang membutuhkan yang akan kita bantu. Insyaallah tanggal 13 nanti, Winda akan berjibaku bersama, dan kamu sayang (Fathul) bantu bunda untuk maksimal menjalankan amanah bunda sebagai amil. Jangan rewel, sehat-sehat saja, dan tentu senyummu itu akan meluruhkan segala keletihan Bunda.

Ingin sekali bersamanya sepanjang waktu kak. Seperti yang pernah kak bilang, kalau kakak nanti setelah menikah ingin di rumah saja. Sama, begitu juga dengan winda. Cuma, kondisi itu masih belum memungkinkan untuk keluarga kecil kami kak. Rencana S2 itu juga bukanlah rencana gagah2an demi gelar. Cuma ingin mensave kan keluarga untuk kemudian juga mensave kan ummat (Amiin ya Rabb...)

Kak... Mohon maaf jika permintaan masuk kantor kembali belum bisa winda penuhi. Kakak terbayang kan, waktu cuti inilah winda bisa lebih untuk fathul. Sangat berat sebenarnya untuk menolak ini... Cuma...Winda mohonkan hak winda kak T_T hak winda memaksimalisasi waktu bersama anak...

Tapi.. untuk membuat berita, Mulai hari ini juga insyaallah winda bisa bantu kak. Atau hal2 yang bisa winda kerjakan sambilan di rumah... Insyaallah...

Segera kabari Winda ya kak

Mohon Maaf
Salam Hangat untuk Tim FR

Jumat, 25 Januari 2013

Menulis dan Kita.. (Bunda, Fathul dan Ayah)

Bismillah...
Ba’da tahmid wa shalawat
Jumat, 25 Januari 2013
21:44 WIB

Waktu menulis kini selalu seiring dengan waktu tidurmu, Nak..
Hhh.. Tak sabar rasanya menunggumu juga larut dengan kegemaran ini J Ayah bundamu seakan hampa kalau tak melakukan hal satu ini.

Enam bulan sudah si Ayah banting stir buka bengkel motor, mencoba melupakan rasa liputan dan menulis. “Tak rindu, Abang?”  kataku suatu ketika.

Dengan cepat dia menjawab, “Ndak ah...” seakan ingin sangat membuktikan bahwa dia begitu enjoy dengan dunia perbengkelannya. Dan.... Ba’da kehadiranmu, Si Ayah tak sanggup lagi menutupi rasa rindunya hingga suatu pagi di tengah sarapan.

“Kalau Ayah jadi wartawan lagi gimana, Bund...”

Suap kesekian kali itu pun tertunda. “Ha...” sahutku tak percaya.

Sebenarnya aku berteriak girang bukan kepalang, benar kan... kau pasti akan rindu dengan dunia yang mempertemukan kita itu. Hanya saja, sadarkah sayang.. kita sudah jumpalitan waktu buka usaha bengkel kemarin. Tabungan dikuras habis demi modal, kontrakan kedai yang juga tak terbilang murah itu jugabaru saja kita lunasi beberapa hari lalu. Dan sekarang??? teganya.
Hhhh... Aku diam. Sekedar memberi ruang antara girang dan.. Ah, entahlah.. Bingung jadinya ketika itu. 
Sampai kutemukan pelabuhan gundah menanggapi sepatah kata dari Si Ayah pagi tadi.

Kesimpulan akhirnya ditarik pada suatu kata, Passion. Itulah kekuatan yang akan membuatnya menjadi ahli di bidangnya.

Sementara itu, dia buka kembali buku-buku usang pedoman wartawannya. Dengan wajah sayu. Sungguh tak tega melihatnya.

Malam, menjelang tidur barulah kuutarakan persetujuan. Tak ada cerita pindah profesi lagi. Barang bengkel semua diopor ke bengkel bapak di kampung. Untung saja ada yang bisa nampung. Kalau tidak, tentu ada rugi juga atas barang-barang bengkel itu.

Dan.. kembali padamu, Nak. Semasa mengandung, bundamu ini menulis saja kerjanya di kantor. Semoga menular juga padamu.. Tapi, kami tak kan pernah memaksakan kau ingin jadi apa. Itu sudah ada sepakat. Kemana bakatmu, kita akan sama-sama memupuknya. Sampai ahli ada padamu.

Kami orang tua yang demokrat sayang. Oh... bukan.. bukan.. bukan partai itu maksud Bunda. Yang jelas, Nak.. jadi apapun. Kau tetap harus menyandang gelar takwa... Bagaimana selalu dalam doa-doa bunda.. “Ya Allah jadikan Fathul  Islam kebanggaan kami dunia akhirat, karena ketakwaannya padaMU, karena akhlaknya yang mulia, karena kecerdasan, kekokohan, dan kebijaksanaannya sebagai sebenarnya lelaki,”
Amiin..

22:21 WIB
Buru2 membersamai lelapnya

Kamis, 24 Januari 2013

Tentang ‘Rumah’ (kita menyebutnya rumah) dan Seseorang

Masih ingat lagu yang liriknya “matamu stereo.. lihat ke kanan ke kiri,” haha.. (lagu siapa tu yak??) kalau aku??? Sungguh ketika inget lagu itu, langsung inget seseorang. Yang beliau dengan stresnya ngedit berita, tasasak menjelang cetak, sambil tereak.. tereak “Matamu stereo!!!” haha.. Sungguh suka senyum2 sendiri saat mengingatnya, kadang malah lebih dari senyum ketika dengan tak sengaja keluar “matamu stereo”.. ketawa.. si abang bingung, “kenapa nih sang istri” haghag

Hhh... inget rumah, inget banyak hal. Serasa ingin kembali merasai takut2 menjelang kelulusan setiap step seleksi, tambah lagi dengan tingkah senior yang aduhai. Ingin menikmati gairah membaca, belajar jurnalistik yang begitu menggebu. Bertabur diskusi-diskusi hangat khas mahasiswa yang hangat.

Ingin kembali berlari kencang dari ‘rumah’ menuju wisma 5 menit sebelum pukul 21.00 ditabuh. Karena sungguh akan lebih sedap lagi ketika harus dilempar sapu lidi dari atas, dan menyapu di malam yang merambat pekat. Bukan hal menarik membayangkan, akhwat-akhwat wisma dan tetangga yang akan menemukan wajahku manyun dengan sapu, menyapu kosong dengan sapu lidi karena sebenarnya memang tak ada sampah yang patut di sapu di teras rumah berlantai tiga itu.

Sampai kini, mengingatnya... aku tetap mengatakan hal yang sama. Seperti yang aku lontarkan kepada semua keluarga ‘rumah’ saat mubes internal di Fakultas Ilmu Pendidikan waktu itu, “’Rumah’ memberikan warna yang berbeda dalam perjalanan hidup saya” :’)

Kamis 24 Januari 2012, 23:00 WIB, ba’da ngisi bensin jagoan
Bismillah...

Kemudian menggelitikku untuk menceritakan seseorang di antara mereka.. ba’da mendengar suaranya di ujung sana. Makassar. Suara itu lembut. Dulu dia ‘agak’ pemarah. Hehe. Tapi rasanya aku belum pernah kena dengan amrahnya. Atau aku tak ingat ya??? Haha... Bagaimana tidak, kepenurutan dan wajah menghibaku tentu saja membuatnya tak tega untuk marah (benarkah???)

Entahlah.. usai mendengar suara itu, aku berpikir memang sudah banyak yang berbeda. Entahlah,,, ada ruh di sana. Akhlak yang tebakanku lebih menawan, atau mungkin juga pancaran keimanan yang semakin kuat. Dan anehnya.. aku juga merasakan keterikatan. Kerinduan yang sama seperti aku rasakan kepada dua lagi orang ‘rumah’ lainnya. Benarkah tali iman yang menjadi penyebabnya. Lagi-lagi entahlah.. aku tak tau pastinya.. yang jelas, ada rinduku untuk sosoknya..

Dan.. tiba-tiba aku teringat ucapnya dulu, lontaran keinginan ingin menutup aurat sesempurnanya. Hmm... aku kembali tersenyum mengingat jilbab langsung hitam menutup dada yang sering dia kenakan.

Kak... Aku rindu..

Dalam doa... Semoga Allah juga memperkenankan kita kembali bertemu dalam kualitas iman yang lebih lagi, juga berkenan mempertemukan kita di tempat tertinggi, terindah...  kelak...
23:21 WIB

Selasa, 22 Januari 2013

Tititan Rindu #2

Masih tentang Rindu...
Bismillah
Selasa, 22 januari 2012 (hhh.. Sungguh Jumat itu terasa begitu lama)
21:16 WIB
Ditulis bersama cinta yang selalu kupupuk karena-Nya
--
Selamat malam rindu..

Hmm.. bicara rindu, semakin membuatnya membuncah saja. Entah kau apakan aku ini sehingga begitu tak biasa dengan ketidakhadiranmu, mendengar cerita2mu sembari memandangi wajah manis tak terkira itu (haha... jangan geer)

Tiba-tiba ingin mengingat masa dulu itu... Waktu dengan catatan FB kau menyuruhku berkomentar tentang cerita izin menikah ibunda.  Dan dua hari kemudian khitbah itu terucap. Terimakasih sayang.. kau langsung mengulurkan ikatan suci untukku. Sungguh begitu gagah. Bukan seperti kebanyakan laki-laki sekarang yang lebih cenderung menjauhi keterikatan. Kau tak menanyakan apakah aku bersedia bersama masa bujangmu, tapi kau tanyakan langsung apakah aku bersedia untuk menemani langkahmu hingga nafas berhenti.

Kemudian hari-hari berat menjaga hati karena harus bertemu denganmu di tempat hunting berita. Sampai kemudian kukeluhkan ketergangguanku dengan kehadiranmu sementara masa ta’aruf masih berlangsung.
Kau pun rela terus berada di luar selama sidang berlangsung. Kau pun mencari-cari cara agar posko hunting berita dialihkan. Argh.... tak ada lagi getar-getar aneh itu kini sayang..

Tlah berganti rasa yang lebih syahdu.. dan senantiasa beruntai pahala bagiku. Rasa indah.. ketika dengan senyum mengantar keberangkatanmu bekerja, rasa indah ketika bergegas bersiap menyambut pulangmu, rasa haru ketika tak sengaja terjaga dan melihat kau larut dalam shalat malam dan tilawah... Rasa dan usaha ingin selalu memberikan yang terbaik untukmu..

Yah... hampir setahun biduk rumah tangga ini kita bina. Alhamdulillah.. tak pernah ada kata kasar atau teriakan menghias rumah kita. Hanya istrimu yang manja ini yang sering ‘mengambok’ tak karuan. Sementara kau sering bingung sendiri dan dengan wajah polos bertanya, “Apa masalahnya?”
Oh.. benarlah kiranya. Laki2 itu memang rumit. (padahal katanya perempuan lebih rumit, sebenarnya siapa sih yang lebih rumit??)

***
Meski rumit, membersamaimu adalah misteri. Yang terus-menerus menjadi hal menarik bagiku untuk dijelajahi. Menjadi indah bagiku mengamati setiap detailnya. Dan wajahmu..  juga tetap menjadi raut laki-laki paling menarik sepanjang usiaku (haha.. sungguh aku sangat pandai menggombal sejak bersamamu).
 ingatkah ketika aku berdoa di depanmu saat baru2 hamil dulu? Ya Allah.. semoga hidungnya mirip kamu. Ternyata Allah tak mengabulkan doa itu sayang, tahu kenapa? Kesimpulannya... hidung mancung itu belum tentu baik menurut Allah. Dan... Hidungkulah yang lebih menang dan mewaris di jagoan kita.. “kamu kalah” hehe...

hmmm.. Apapun, harap kita tetap sama “Semoga anak kita menjadi orang yang turut memberikan bobot bagi tegaknya kalimatullah di muka bumi ini” seperti doa kita dalam namanya Fathul Islam, Pembuka kejayaan Islam...

22:04 WIB (kau mengejutkan karena tiba2 datang di hujan lebat..) Sayang.. apakah ini sudah hari Jumat?? Atau... Rindu pula yang membawamu pulang lebih cepat??? _Peluk sayang selalu untukmu, lelakiku_

Selasa, 15 Januari 2013

Titian Rindu

Bismillah
Dini hari 16 Januari 2013, 01:58 WIB
Solok, Sumbar
Menemui rindu kepada sang imam, 60 km di kota sana..
Jagoan kita sedang pulas di sebelah, bertudung ‘songkok’ putih belian kita di salah satu toko bayi di Kota Padang. Ah.. Sudah punya anak saja kita. Bukan... Bukan.. ungkapan “Ah..” tadi bukanlah keluhan apalagi sesalan. Sekadar ungkapan kalau ternyata waktu memang berganti begitu cepat. Kita sadar. Cuma seringkali lalai. Kurang memberi bobot pada detik-detik yang terus berlari itu.
Hmm... Semakin kesini, aku semakin meyakini bahwa engkaulah yang terbaik itu dan tak kan ada yang terbaik lagi di atas dirimu. Karena pilihan ini jatuh karena-NYA. Memutuskan menikah yang kata orang ‘cepat’, di waktu yang masih lumayan hijau adalah sebuah kenyataan terindah yang menjadi satu kisi hidup yang patut aku begitu syukuri.
Sayang... kita telah menjadi orangtua.. Ada kata ‘tua’ di sana. Semakin banyak hal yang kemudian membuat kita menjadi tak lagi sama. Ada tanggung jawab besar di sana. Tanggung jawab terhadap titipan Allah yang luar biasa ini. Fathul Islam Definda. Ada semakin banyak yang harus dan mesti kita paham dengan peran kita sebagai orang tua. Apalagi waktu bersama kita yang juga berganti pola dengan kehadirannya. Akan ada sulit untuk  shalat tepat waktu bagiku, dimana ketika adzan berkumandang bergegas disambut dengan langkah ke kamar mandi atau ke kran dekat dapur kita untuk bersuci. Akan ada sulit untuk jalan-jalan melepas penat di hari libur, karena memang buah hati kita masih sangat muda. Akan ada sulit menyiapkan makanmu di pagi hari atau juga ketaksempatan menyediakan baju gantimu setelah mandi..
Sebenarnya itu bukanlah ‘sulit’, Cuma kita butuh pandai saja memaksimalisasi waktu yang ada sehingga menjadi kebersamaan yang berbobot. Yang setiap jenaknya menjadi pendidikan kebaikan bagi jagoan kita. Yang dengan kedatangannya pola hidup kita semakin matang. Walau dengan kesibukan yang lebih luar biasa lagi ketika tiba waktuku untuk kembali menjalani rutinitas kantor.
Hmm... Sungguh, memilikimu dan Fathul adalah capaian luar biasa di tahun 2012 lalu. Teguh dan se nantiasa bersahalah untu menjadi imam kami, Yah... Yang senantiasa menjaga kami dari jangkauan nyala api neraka. Yang kuat membimbing kami hingga jannah, bersama menemui DIA yang sama-sama sangat ingin kita temui. Membersamai langkah Rasulullah dan orang-orang golongan kanan yang diberkahi.
Kelak.. jika waktu itu tiba aku ingin tanganmu yang menggenggam erat tanganku, saat diizinkan-NYA kita memasuki tempat kembali terindah. Dan kemudian berbisik, “Bunda... cerita kita tla sampai di Syurga”
Amiin Ya Rabb
02:18 WIB
Dalam rindu 2 hari berpisah
Winda Al Rasyid


Jumat, 11 Januari 2013

Menulis itu...

Bismillah...

Jumat, 11 Januari 2012
21:24 WIB
 
Menemani santap malam sang suami yang baru saja pulang dari pekerjaan yang negitu disukai Allah.
Sayang.. peluhmu begitu bernilai ibadah di sisi-Nya :-) Teguhlah..
--
Sudah begitu lama tak mengunjungi blog yang dulu seminggu sekali aku mengharuskan diri untuk mengisinya, yang dulu menjadi sarana interaksi yang menyenangkan dengan bloger2 lain. Orang-orang yang suka bahkan mungkin cinta sangat dengan yang namanya menulis.
Memandangi blog ini, rasanya memang agak riskan. Sederhana sangat.  Tampilan adalah hal yang paling nomor satu dilihat, barulah kemudian isi. Bukankah begitu?
Untuk hari ini, sementara. Baru ini yang bisa kutulis, si kecil sudah lama sekali bobo’, kalau tak buru2 membersamainya tidur, alamat bakal begadang semalaman. 

Semangat nge-blog lagi
Winda Al Rasyid