Rabu, 03 Februari 2016

Lampiasan Amarah adalah Selalu Merugikan

Bismillah, Ba'da tahmid wa shalawat

Rasulullah...
adalah seindah-indah manusia
Se'anggun-anggun' akhlak adalah miliknya nan begitu menawan. Seringkali, menemui beliau dalam berbagai ayat di Al Quran dan berbagai kisah, saya tergugu. Bagaimana bisa? Menarik nafas dan menahan sesak. Bagaimana bisa? Menangis. Bagaimana bisa?

Dialah sebaik-baik manusia itu. Yang muka masamnya saja ditegur oleh Allah. Saking tiadanya akhlak, selain akhlak baik darinya. Muka masam seolah adalah tingkatan kekeliruan paling 'parah' bagi beliau. Sampai satu surah pun turun untuk mengoreksinya.

Lalu saya? Muka masam itu mungkin adalah tingkatan paling, paling, paling rendah dari kesalahan akhlak saya. Lantas bagaimana yang paling parahnya?

Ya Rabbi.. berikan kekuatan untuk senantiasa meresapkan dan memaknai pesan yang Engkau sampaikan lewat gerik dan diam kekasih-MU tercinta.

Banyak orang mengatakan kalau orang yang jarang marah itu, atau sering menahan amarah itu bak menyimpan api dalam sekam. Suatu ketika jika meledak maka akan berkobar seberkobar-berkobarnya. Jadi lebih baik dilampiaskan saja satu per satu. Saya turut mengamininya.

Ah, salah besar ternyata.

karena bagi seorang muslim, menahan amarah adalah bagian dari keimanannya kepada Allah dan Rasulullah. Tak ada api dalam sekam bagi mereka. Seperti dalam QS Imran 133-134, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk roang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".

Menahan marah adalah kebajikan. Jika karena Allah, maka amarah yang ditahan itu sama sekali tak akan menjadi api dalam sekam. Karena hatinya tulus memaafkan, ikhlas merelakan.

Rasulullah juga pernah mengatakan, "Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tapi adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah". Lagi. "jangan marah, bagimu syurga."

Pernah pula..
Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika bercengkrama dengan Rasulullah, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum.

Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, Abu Bakar tersadar dan bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, janganlah engkau biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku!"

Rasulullah menjawab, "Sewaktu ada seorang Arab Badui datang dengan membawa kemarahan serta fitnaan lalu mencelamu, kulihat tenang, diam dan engkau tidak membalas, aku bangga melihat engkau orang yang kuat mengahadapi tantangan, menghadapi fitnah, kuat menghadapi cacian, dan aku tersenyum karena ribuan malaikat di sekelilingmu mendoakan dan memohonkan ampun kepadamu, kepada Allah SWT."

Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu.

Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan denganmu aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya. Menangislah Abu Bakar.

Sungguh.. apapun, lampiasan kemarahan yang disampaikan dengan marah adalah kerugian.

1 komentar:

  1. teringat isi tausiyah di lingkaran cinta pekan lalu: amarah berhubungan erat dengan kedekatan kita pada-NYa, ketika kita sudah cepat marah, artinya jarak kita merenggang..

    benarlah.. betapa meruginya ketika jarak merenggang dan malaikat juga berhenti mendoakan..(pesan untuk diri)

    BalasHapus