Kamis, 24 Juni 2010

Kesempuranaan Akhlak Cermin Kesempurnaan Iman




Penggambaran perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya, itulah akhlak menurut Imam Al-Ghazali. Ketika seseorang bertutur, ketika seseorang bersikap, dilanda emosi, kesedihan, atau sebuah kejutan mendadak yang tidak mengenakkan hati, maka respon yang dihasilkan oleh orang tersebut dapat dapat secara tersurat mencerminkan akhlak dari seseorang. Saat berinteraksi dengan teman sebaya, orang tua, atau orang yang lebih kecil maka tampilan akhlak akan jelas terbaca. Fenomena kekinian orang sudah banyak yang mengabaikan perihal akhlak seolah meloncat kembali ke masa jahiliah.
Bobroknya akhlak manusia juga menjadi salah satu poin pengutusan Rasulullah ke muka bumi ini. Begitu rumit, karena yang akan dibenahi adalah sosok makhluk bernyawa, memiliki akal dan satu lagi sikap dasarnya, pembangkang. Untuk itu ini Rasulullah berjuang keras dalam menegakkan Islam di muka bumi. Beliau langsung menjadi contoh nyata kemuliaan budi dan akhlak seorang muslim. Dalam Al Quran pun Allah menyebutkan, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam:4).
Akhlak itu terbagi dua, akhlak terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Akhlak terpuji, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jika kita bawakan dalam kehidupan kita sebagai mahasiswa maka sifat-sifat itu merangkumi kebaktian pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Untuk akhlak yang buruk itu dapat berasal dari penyakit hati seperti iri, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, seperti terukir dalam Q.S Ar-Ruum ayat 41, "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".
Akhak menjadi penilaian cukup tinggi dari Allah. Rasulullah pernah bersabda, “Bertaqwalah kepada Allah di mana pun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam, yaitu akhlak kepada Allah SWT, kepada Rasulullah SAW, Alquran, orang-orang sekitar, orang kafir,dan akhlak terhdap lingkungan dan makhluk hidup lain.
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751).
Jika tauhid merupakan sisi pokok/inti Islam, maka akhlak adalah penyempurnanya. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya.
Untuk menumbuhkan dan memupuk akhlak terpuji tentu saja dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar.
Upaya mencapai kejayaan Islam kembali membuat umat Islam mesti kukuh untuk berusaha mencapai taraf berakhlak mulia itu. Dalam konteks sebuah bangsa, Penyair Mesir, Syauqi Bei pernah berkata, "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Sebegitu urgennya akhlak dalam perkembangan suatu bangsa. Wawlahu’alam bisawwab.

2 komentar:

  1. Artikel yang sangat mencerahkan, terimaksih atas pencerahannya.

    BalasHapus
  2. syukran mbak udah bersedia membaca tulisan ana...
    :)

    BalasHapus