Minggu, 28 Februari 2010

LANJUTAN.... Diary PL....

Berupayalah untuk tak hanya menjadi manusia yang sukses, tetapi juga manusia yang bernilai.
Dari sana inspirasiku. Kuajak mereka berbicara. Lewat semua. Hati, alat ucap ini, ekspresi dan intonasi-intonasi pembangkit bagi mereka.
Come on… 8,10 atau 20 tahun yang akan datang, Ibu akan melihat kalian menjadi orang-orang besar di negeri ini. Menyaingi anak-anak kota itu… Jadi manusia sukses dan bernilai.

20:32Rata PenuhWaktu HP butut tercinta
Kamis, 18 Februari 2010

Datang sms putri, mengatakan kalau anak-anaknya di Kartika sana bandel-bandel. Hmmm….. guru-guru PL rata-rata mengatakan bahawa anak-anak mereka mada-mada… akan semua ingin mengatakan kalau anak-anak yang saya ajar itu bandel-bandel lho (dengan bangga…) hmm….

18 Februari 2010
10:40
Di sebelah kiriku duduk Yul, Teman senasib sepenanggungan, jurusan Sosiologi. Sebelah kanan teronggok tubuh perempuan berbalut kostum serupa denganku, pakaian lebay (seperti yang suka orang-orang bilang), Resi.
Rapat dinas kali ini dilaksanakan di X3, Pak Kepala Sekolah baru saja mengucapkan salam…
Talking about kelulusan siswa
Di menit selanjutnya…
“Idealisme???” lirihku…
Ini adalah fenomenanya
Ketika dia harus terkikis, tergerus
Dan kau hanya talok menatap diam
Saat-saat kemelayangannya

Kuhempaskan Eiger yang sudah disulap menjadi tas 'Pak Guru' itu. Ada Sonya di sana, sesama PL.
Bercerita…
Dan akhirnya keluar
“Itulah… ndak talok rasonyo jadi PNS doh….”
Aku tersenyum kecut.
Mesti….
“Mesti memngorbankan idealisme.”
Ah, lebih baik menyingkir dari pada hidup dalam kemunafikan, kata Soe Hok Gie.
Teringat kembali aku ketika beberapa waktu lalu, di liburan tentu saja. Bertandang ke salah satu rumah sahabat terdekatku. Bukittinggi. Kebetulan, kakaknya yang sedang hamil 7 bulan juga pulang.
Malam itu, beliau bergabung dengan kami yang sibuk membuat beberapa konsep untuk pergerakan organisasi ke depan. Yups! Yang intinya adalah pengkaderan dan dana mandiri.
Beliau berkata sumringah, “Uni jadi ingat masa-masa kuliah dulu.”
Kami hanya tersenyum sambil memberhentikan sejenak diskusi hangat kami.
“Udah lama uni tidak menyusun agenda-agenda amal yaumi, agenda dakwah…
“Habisnya, uni temenannya sama koruptor semua,” beliau melanjutkan.
Aku miris, beliau begitu nampak tersiksa ketika mengucapkan kata-kata itu. Kelulusannya sebagai PNS di sebuah Dinas Kesehatan Kota justru membuat beliau merasa tidak nyaman.
Di kantor itu sering membuat LPJ palsu. Misalnya saja ketika mengangkatkan acara. Peserta padahal cuma 15 orang. Ditulis 25 orang. Yang menginap di penginapan hanya 6 orang tapi yang dibuat justru tetap 25 orang. “Nanti uang hasil dari itu dibagi-bagi. Besarnya sesuai tingkat jabatan,” tutur sang uni.
“Uni biasanya ambil aja, trus uni kasih uangnya kepada orang yang membutuhkan dengan harapan uni tidak memakan uang haram. Menolak pun kita diledek. Sok idealislah… malah ada yang sampai dikucilkan.”
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak….
Benar-benar sistem yang bobrok.

24 Februari 2010
09:25
Pebi Harianto, dia duduk tepat dibarisan awal setelah memasuki kelas ini. Ruang 1 ujian, kelas IPS 1 dan yang sedang ujian sekarang adalah XII IPA 1. Ho…ho.. dia nyontek lagi dengan teman di depannya, Novita Sandra Kirana. Dia sepertinya murka  sekali denganku. Berapa kali kami bersitemu mata. Kutatapkan mataku di matanya… beberapa detik kemudian dia mengalah. Masih ada takut di sana.
Sebagian mungkin sudah kesal dengan tatapan mataku. But oh… I must… Mereka benar-benar mesti diajar perihal kejujuran,

 jadi teringat masa SMA dulu, masa-masa kecil dulu ketika ujian..
+- 11.00
Ada 9 orang di ruangan ini, X3 ruang 4 bar8 saja mereka melakukan trik awal mengenalku. Cerdas. Winda. Winda Wildiana.
Ya ampun… di Peace-in nya aku. Ck..ck..ck…
Yogi Deam Anggara, sepertinya dia anak pintar. Hmm.. ternyata begitu juga dengan Winda. PMDK sudah di tangannya…

Sekilas mataku menangkap sosok yang duduk di depan bangkuku. Seprida Yeni namanya. Aku mencocokkan denah tempat duduk dengan absen yang sudah mereka isi. Jam hitam melingkar di tangan kirinya. Kelaki-lakian, dari caranya menatap, menulis, berbicara. Ah… begitu angkuh  sayang, aku tak akan bertemu dengannya di PBM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar