Jumat, 19 Februari 2010

Diary PL


16:41
Rabu, 17 Februari 2010

Hari ketiga aku menginjakkan kaki di SMA ini. Setelah sebelumnya pernah mengantarkan surat undangan penyerahan Disdik ke sekolah-sekolah di Padang di RSG FT.
Semua terasa begitu berlalu amat sangat mengilat. Memulihkan ingatanku kalau ternyata aku tlah banyak hidup, sisanya entah berapa lagi. Kutatap kembali postur ini, wajah-wajah teman-teman satu angkatan. Ah, rasanya baru kemarin aku kenal mereka, pembekalan mahasiswa baru. Bertemu semua ini, jalan ini…
Dengan sepatu yang baru kubeli bersama Refi beberapa hari lalu, aku berangkat menghadiri pertemuan itu. Sampai di FE, hmm… aku berpikir. Mestikah pakai sepatu keparat ini???
Aku balik kanan, mengambil sepatu kuliah, sepatu itu kumasukkan kantong asoi. Nanti saja kalau memang harus dipakai baru dipakai.

Wait…
Aku ambil agenda merah dulu

Kubatalkan…

19:26
Ayahnya Ada Band melantun lewat earphone pinjaman ini, begitu banyak ide yang ingin aku suguhkan untuk mereka. Ingin aku memberikan semburan energi supaya mereka belajar mencinta. Mencinta hidup, mencinta ilmu, mencintaiNYA tentu saja. Aku sebenarnya tidak begitu menerima ketika ‘mereka’ mengatakan, bahwa mereka anak bandel, susah menangkap pelajaran, pembangkang.
Aku justru melihat warna yang berbeda pada sosok Syafrizon, Genta, Tresno, dia yang duduk di belakang Andes, Rudi, Satriawan, Widya dan Deby.
Mereka hanya buntuh sentuhan, sentuhan cinta yang membuat mereka berpikir, membuat mereka mengangguk betapa berartinya mereka, betapa mereka diciptakan dengan kemuliaan, derajad yang ditinggikan, dan amanah, sebagai penerus bangsa, amanah, amanah dari Sang Khalik sebagai seorang khalifah di muka bumi ini.

X.3
Mendapatkan kabar tentang X3 maka memang akan lumayan bergidik. Apalagi bagi seorang mahasiswa PL sepertiku. Di X5 kemarin saja yang aku hanya memperkenalkan diri sudah beda hawanya. Terbayang… jauh lebih mending aku mengisi materi di sebuah acara yang dihadiri sekian jumlah mahasiswa dari pada memperkenalkan diri dengan anak-anak ABG ini. Phuh… sebenarnya memang belum jadwal mengajar tapi… tantangan Pamong kutangkap juga. Not me, If me afraid. Macam-macam sekali tingkah mereka. But enjoy it.
Hari ini kutemukan metode belajar baru  Teaching With Love
Ketika langkah kuayunkan keluar dari ruang majelis guru. Masih aku mengatakan, “Saya perkenalan saja dulu, Bu?” dengan wajah yang penuh pelas.
X3!!!
Aku hanya ingin mengenal, mengamati mereka satu per satu. Tapi… Pamongku berkata, “Ajarkan saja yang kamu ajarkan tadi,” full smile.
Aku langsung berpikir, ini anugrah. Ya, keyakinan akan doaku tadi pagi, agar Dia menyelamatkanku agar aku mampu menjadi pendidik bukan sekedar pengajar. Pun di hari pertama ini.
Ribut. Begitulah suasana 3 kelas yang sudah kumasuki, ketika awal guru masuk ke kelas. Ketika itu Rudi yang badannya tinggi besar memaksa untuk UH. Sampai terkeluarlah kata-kata, ”Maka Ibuk mah…,” I don’t know what the main.
Seandainya mereka mengolokku dengan bahasa Minang totok itu maka aku tak akan bisa berkutik.
Tidak, mereka hanya butuh sentuhan, ya, satu cara, cinta. Kupejamkan mata… Aku mencintai mereka karenaMU ya ALLAH… lirihku.

Selagi Pamongku menagih hutang LKS mereka, aku memperhatikan sekitar ruangan. Mencari celah untuk sedikit membuka jiwa mereka. Merubah mainset mereka…. Tentang sekolah, tentang diri mereka, tentang sekolah tempat mereka belajar sekarang. Sengaja aku mengatakan ayo jawab anak-anak gunung dan anak-anak pantai… aku suka itu. Aku suka kejujuran dalam raut wajah mereka.

Kutunjuk sebuah kertas berukuran kurang lebih 50x50 cm di dinding sebelah kiri

TO BE CONTINUED….

1 komentar: