Jumat, 25 Januari 2013

Menulis dan Kita.. (Bunda, Fathul dan Ayah)

Bismillah...
Ba’da tahmid wa shalawat
Jumat, 25 Januari 2013
21:44 WIB

Waktu menulis kini selalu seiring dengan waktu tidurmu, Nak..
Hhh.. Tak sabar rasanya menunggumu juga larut dengan kegemaran ini J Ayah bundamu seakan hampa kalau tak melakukan hal satu ini.

Enam bulan sudah si Ayah banting stir buka bengkel motor, mencoba melupakan rasa liputan dan menulis. “Tak rindu, Abang?”  kataku suatu ketika.

Dengan cepat dia menjawab, “Ndak ah...” seakan ingin sangat membuktikan bahwa dia begitu enjoy dengan dunia perbengkelannya. Dan.... Ba’da kehadiranmu, Si Ayah tak sanggup lagi menutupi rasa rindunya hingga suatu pagi di tengah sarapan.

“Kalau Ayah jadi wartawan lagi gimana, Bund...”

Suap kesekian kali itu pun tertunda. “Ha...” sahutku tak percaya.

Sebenarnya aku berteriak girang bukan kepalang, benar kan... kau pasti akan rindu dengan dunia yang mempertemukan kita itu. Hanya saja, sadarkah sayang.. kita sudah jumpalitan waktu buka usaha bengkel kemarin. Tabungan dikuras habis demi modal, kontrakan kedai yang juga tak terbilang murah itu jugabaru saja kita lunasi beberapa hari lalu. Dan sekarang??? teganya.
Hhhh... Aku diam. Sekedar memberi ruang antara girang dan.. Ah, entahlah.. Bingung jadinya ketika itu. 
Sampai kutemukan pelabuhan gundah menanggapi sepatah kata dari Si Ayah pagi tadi.

Kesimpulan akhirnya ditarik pada suatu kata, Passion. Itulah kekuatan yang akan membuatnya menjadi ahli di bidangnya.

Sementara itu, dia buka kembali buku-buku usang pedoman wartawannya. Dengan wajah sayu. Sungguh tak tega melihatnya.

Malam, menjelang tidur barulah kuutarakan persetujuan. Tak ada cerita pindah profesi lagi. Barang bengkel semua diopor ke bengkel bapak di kampung. Untung saja ada yang bisa nampung. Kalau tidak, tentu ada rugi juga atas barang-barang bengkel itu.

Dan.. kembali padamu, Nak. Semasa mengandung, bundamu ini menulis saja kerjanya di kantor. Semoga menular juga padamu.. Tapi, kami tak kan pernah memaksakan kau ingin jadi apa. Itu sudah ada sepakat. Kemana bakatmu, kita akan sama-sama memupuknya. Sampai ahli ada padamu.

Kami orang tua yang demokrat sayang. Oh... bukan.. bukan.. bukan partai itu maksud Bunda. Yang jelas, Nak.. jadi apapun. Kau tetap harus menyandang gelar takwa... Bagaimana selalu dalam doa-doa bunda.. “Ya Allah jadikan Fathul  Islam kebanggaan kami dunia akhirat, karena ketakwaannya padaMU, karena akhlaknya yang mulia, karena kecerdasan, kekokohan, dan kebijaksanaannya sebagai sebenarnya lelaki,”
Amiin..

22:21 WIB
Buru2 membersamai lelapnya

4 komentar:

  1. passion... love it... aamin... tetap semangaattt yaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiinnn... Tq Doanya kaka... Kapan ni k Padang?? Asyik bgt tantangan di Jkt yak???

      Hapus
  2. Passion is energy. Feel the power that comes from focusing on what excites you. Yeah.

    BalasHapus