Rabu, 01 Desember 2010

Katanya waktu itu malam Jumat kliwon, bagi orang Jawa merupakan hari yang lumayan mistis. Aku tak dilahirkan di rumah sakit atau bidan, tempat dimana kebanyakan orang lahir, mungkin di rumah dukun, tapi lagi-lagi ketika kukonfirmasi tak ada jawaban yang memuaskan. Ah, tak begitu penting sebenarnya tentang aku dilahirkan dimana. Yang jelas, silsilahku jelas. Dari ibu yang begitu streng dan ayah yang meneduhkan. Meski tak bisa juga dibilang tumbuh di keluarga yang hangat, mungkin dingin malah. Aku tetap merasakan keluarbiasaan yang begitu luar biasa dari kedua induk semangku. Mereka luar biasa! Itu saja bagiku, tak mampu kujabarkan satu-satu. Dan juga sepertinya tak akan pernah mampu untuk mengatakannya kepada mereka. Begitu kelu. Janggal.

Kulihat di lemari butut nenek di dusun tertulis nama dan tanggal 18 November 1988. Berarti sudah lewat setengah bulan dari 22 tahun. Di umur ini sudah banyak orang-orang yang bejibun dengan segudang prestasinya, pemimpin ini dan itu, buat buku ini dan itu, juara lomba ini dan itu…

Sedangkan Aku? Ah, jauh….

Kata orang dalam canda, aku juga tak tahu pasti mereka sungguh-sungguh atau tidak,

aku kejam, kata orang aku pemarah, keras kepala, diktator…..

Sampai-sampai dalam seloroh juga aku katakan, “aku akan segera mengeluarkan dekrit.”

Terlepas dari itu semua, yang jelas aku memiliki konsep ‘aku diri’ sendiri. Tidak begitu penting orang mau bicara apa. Asal dalam pandanganNYA aku baik, sudah cukup bagiku (sangat lebih dari cukup sebenarnya).

Memiliki prinsip tak takut dengan segala makhluk. Dan pemenang adalah yang bertahan. Bertahan dalam segala hal, sesuai konteks tentu saja. Kata-kata antara yang bertahan dan berguguran juga aku suka. Ah, ternyata banyak kata-kata yang aku suka. Lagi-lagi tak mampu aku jabarkan di sini…

Bukan orang yang luar biasa tentu saja, hanya mencoba berpikir out of the box. Bukan asal lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar