Minggu, 28 Februari 2010

Sakit dan Sabar


Kita akan berbicara tentang kesakitan. Ketika badan tak bisa beraktifitas sebagaimana biasanya. Ketika ruang-ruang dunia hanya ada 1 kamar, tempat tubuh teronggok kuyu. Entah itu kamar tidur di rumah atau bahkan kamar penuh penyiksaan di rumah sakit. Dengan infuse yang mencocok tak berperasaan di urat. Dengan suhu tubuh yang tak mau kompromi. Dengan kegelisahan yang amat sangat.
Sulit. Susah sungguh untuk bersabar, untuk ikhlas. Kesepian yang begitu menerpa. Rasa muak pada tempat tidur, badan yang lemas untuk digerakkan. Dilalui juga hari itu meski tertatih, tak hanya tubuh tapi juga hati. Ketika tilawah pun tak sanggup. Shalat sunat tiada, saking seadanya. Nasi lembek, tanpa banyak bumbu dan sayur menjadi menu yang lebih dominan. ALLAH… kapan ini akan berakhir, batinnya kemudian mengalun dalam tangis yang keluar satu-satu. Antara kesal bercampur ketakberdayaan.
Itulah kira-kira salah satu gambaran seseorang yang sedang menghadapi sakit. Atau bahkan bnayak yang mengalami lebih parah dari itu. Sering orang hancur badan dan juga hati ketika dilanda sakit ini. Ini dikarenakan ketidaksabarannya dalam menjalani ujian dari Allah. Padahal, Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahuanhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” Dari sakit itu Allah menggugurkan dosa-dosa hambanya.
Sakit sebenarnya dapat menjadi momen merenung bagi kita. Dalam Q.S As Syura ayat 30, Allah berfirman, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Allah menyelipkan banyak hikmah dibalik rasa sakit itu, meski memang harus berhasil dulu menjalani ujian keikhlasan dan kesabaran. Kalau seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.
Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”
Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Dari sabar muncul ridha, dari ridha akan memunculkan pujian dan syukur kepada Allah. Maka namanya akan terdaftar dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya. Rasulullah Saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar