Sabtu, 02 Oktober 2010

Wisuda Okt' 2010

Pada cinta yang selalu mengalir tiada henti, pada rasa yang tak bisa terkuak dalam untaian kata-kata. Alhamdulillah, tiga mujahidah Alamanda mengakhiri perjuangan kampusnya, dan akan melangkah ke step berikutnya…

Pagi-pagi mereka sudah mandi dan makan dahuluan pada talam hijau dengan menu seperti biasanya, gerombolan T. Menu yang mungkin akan sangat mereka rindukan setelah tak lagi di rumah penuh cinta ini…

Dalam setiap momen ada banyak yang dapat dikenang dan yang membuat terkenang
Baru kemarin aku mendengarkan isak sosok yang sedang mengenang sang ibu, hari wisudanya tak jauh dari tanggal meninggal sang ibu. Orang special itu tidak menemaninya ketika mengenakan toga kemenangan , atau sekedar berfoto, mengisi kursi PW yang sudah disediakan untuk para orang tua. “Dulu… apa yang aku lakukan hanya buat mama, mama yang memperjuangkan pendidikan kami hingga tahap ini, mama yang selalu melontarkan senyum kebanggaannya ketika kami menuai prestasi, mama yang banyak bercerita tentang hidup…”

“Rasanya wisuda ini hampa saja, karena mama sudah tak ada… aku tak akan menemukan senyum kebanggaan itu.. aku tak akan merasakan kecup penuh cintanya di keningku…”
Bait-bait yang bergulir kemudian disertai isak satu-satu, yang lalu menderas…
Rindu yang begitu bergejolak untuk orang tua. “Aku hanya menyesal tak memberikan yang terbaik ketika mama ada…”
Hmm….

3 komentar:

  1. Wisuda tanpa kehadiran orang tua.... Can't imagine, pasti terasa sedih dan hampa

    BalasHapus
  2. Hm... tak tahu akan ada ibu atau tidakkah diwisudaku nanti...

    BalasHapus