Masih ingat lagu yang liriknya “matamu stereo.. lihat ke
kanan ke kiri,” haha.. (lagu siapa tu yak??) kalau aku??? Sungguh ketika inget
lagu itu, langsung inget seseorang. Yang beliau dengan stresnya ngedit berita, tasasak
menjelang cetak, sambil tereak.. tereak “Matamu stereo!!!” haha.. Sungguh suka
senyum2 sendiri saat mengingatnya, kadang malah lebih dari senyum ketika dengan
tak sengaja keluar “matamu stereo”.. ketawa.. si abang bingung, “kenapa nih
sang istri” haghag
Hhh... inget rumah, inget banyak hal. Serasa ingin kembali merasai
takut2 menjelang kelulusan setiap step seleksi, tambah lagi dengan tingkah
senior yang aduhai. Ingin menikmati gairah membaca, belajar jurnalistik yang
begitu menggebu. Bertabur diskusi-diskusi hangat khas mahasiswa yang hangat.
Ingin kembali berlari kencang dari ‘rumah’ menuju wisma 5
menit sebelum pukul 21.00 ditabuh. Karena sungguh akan lebih sedap lagi ketika
harus dilempar sapu lidi dari atas, dan menyapu di malam yang merambat pekat. Bukan
hal menarik membayangkan, akhwat-akhwat wisma dan tetangga yang akan menemukan
wajahku manyun dengan sapu, menyapu kosong dengan sapu lidi karena sebenarnya memang
tak ada sampah yang patut di sapu di teras rumah berlantai tiga itu.
Sampai kini, mengingatnya... aku tetap mengatakan hal yang
sama. Seperti yang aku lontarkan kepada semua keluarga ‘rumah’ saat mubes
internal di Fakultas Ilmu Pendidikan waktu itu, “’Rumah’ memberikan warna yang
berbeda dalam perjalanan hidup saya” :’)
Kamis 24 Januari 2012, 23:00 WIB, ba’da ngisi bensin jagoan
Bismillah...
Kemudian menggelitikku untuk menceritakan seseorang di
antara mereka.. ba’da mendengar suaranya di ujung sana. Makassar. Suara itu
lembut. Dulu dia ‘agak’ pemarah. Hehe. Tapi rasanya aku belum pernah kena
dengan amrahnya. Atau aku tak ingat ya??? Haha... Bagaimana tidak, kepenurutan
dan wajah menghibaku tentu saja membuatnya tak tega untuk marah (benarkah???)
Entahlah.. usai mendengar suara itu, aku berpikir memang
sudah banyak yang berbeda. Entahlah,,, ada ruh di sana. Akhlak yang tebakanku
lebih menawan, atau mungkin juga pancaran keimanan yang semakin kuat. Dan anehnya..
aku juga merasakan keterikatan. Kerinduan yang sama seperti aku rasakan kepada
dua lagi orang ‘rumah’ lainnya. Benarkah tali iman yang menjadi penyebabnya. Lagi-lagi
entahlah.. aku tak tau pastinya.. yang jelas, ada rinduku untuk sosoknya..
Dan.. tiba-tiba aku teringat ucapnya dulu, lontaran
keinginan ingin menutup aurat sesempurnanya. Hmm... aku kembali tersenyum
mengingat jilbab langsung hitam menutup dada yang sering dia kenakan.
Kak... Aku rindu..
Dalam doa... Semoga Allah juga memperkenankan kita kembali
bertemu dalam kualitas iman yang lebih lagi, juga berkenan mempertemukan kita
di tempat tertinggi, terindah...
kelak...
23:21 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar