Selasa, 26 Maret 2013

Fathul itu...

Bismillah
Selalu.. dengan menyebut nama-MU ya Rabb
Minggu, 24 Maret 2013
04:59 WIB

“Allah.. sungguh tidak akan terjadi sesuatu yang meletihkan jika diri sadar sebenarnya engkau telah memberikan kekuatan luar biasa pada seorang manusia ini. Tapi terkadang kami lebih sering lalai memaknai tiap jenak pesanMU.”

Fathul Islam Definda, itu namanya, 3,5 bulan lebih dua hari. Laki-laki ketiga yang hadir dalam ikatan darah amat dekat denganku. Tentu ketiganya memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri dalam diri. Abak, tenang dan pemikiran-pemikirannya yang jauh ke depan. Kak akbar yang cool namun perhatian. Dan.. Fathul ini… karakternya yang akan begitu berdekatan denganku dan akan bergantung pada caraku membersamainya.

Nak… Bunda tentu tak sempurna. Tapi terus senantiasa berusaha. Memberikan dan menyajikan pendidikan kebaikan padamu. Penjagaan hati bunda selama mengurus dan berdekatan denganmu, meski kadang begitu letih untuk senantiasa mengganti popok dan memperhatikan pola pemberian ASI padamu. Apalagi kalau kamu sudah menangis dengan kekuatan suara yang luar biasa.

Hmmm.. Apalagi waktu batuk menyerang, menjelang 3 bulanmu. Semua panic, sedih, cari cara ini itu untukmu supaya segera sembuh. Padahal, sebenarnya tak perlu sekebakaranjenggot itu, Bund abaca, kata dokter juga, batuk itu biasa bagi anak-anak seusiamu. Tapi tetap saja, ayah dan bunda jadi bertindak lebih ekstra.

Kini, gerak badanmu sudah gelisah. Miring-miring. Cepatlah menelungkup dan merayap, berjalan untuk kemudian berlari.  BIsa ikut ayah main bola deh..
Ah.. Nak, kehadiranmu memberikan perubahan-perubahan yang lebih dari biasa. Terimakasih ya Rabb..
(di samping Fathul, ba’da berhasil menidurkannya yang sedari pukul setengah tiga tadi bermain)

Selasa, 19 Maret 2013

Rindu....

 “Wisma lebih hidup waktu kepemimpinan kakak… Rindu kakak… “

Pesan itu kuterima di tengah menumpuknya tugas2 kantor. Tiba-tiba saja. Dikirim orang yang tak disangka-sangka.

Rasa ingin menangis. Dan menarik si pemberi pesan, kemudian memeluknya. Dan membisikkan..
“Kakak tak seindah itu, Dinda..”

Bergetar kemudian kutemui huruf-huruf untuk lalu meluahkan. Meluahkan.. Ya Rabb Aku rindu
Allah… Aku merindu kuat-kuat yang dulu itu. Kerajinan menemuiMU di sepertiga malam. Hafalan-hafalan surat cintaMU yang begitu menenangkan. Kelarutan dalam membaca bait-bait sejarah lelaki penggenggam hujan itu, beserta para sahabat-sahabatnya yang begitu memukau.

Kemudian kesendirian dalam perenungan-perenungan, bukan memikirkan diri sendiri. Tapi berpikir tentang mencintai orang lain… mencintainya dan menginginkannya untuk bergenggam tangan menuju janji-NYA
Ah, aku rindu. Sungguh, kesibukan telah membuatku tenggelam. Padahal banyak makna yang Engkau sengaja hadirkan untukku kembali. Rabb… aku ingin hangat itu. Kumohon..

… terimakasih pesannya T_T