Minggu, 01 Juli 2012

Tentang Mendahulukan Orang lain


Bismillah..
Selalu dengan menyebut nama-MU ya Allah
Agar senantiasa mengalir pengampunanmu atas bait kata yang hamba lalai menatanya

Di sebuah tempat... dengan teman seorang Tornado Fan... berbeda sangat dengan kipas di rumah yang harus kami congkel2 dulu baru mau berputar. Kencang sangat.

21:50 WIB
Waiting for my Imam... Semoga nanti yang di dalem ini rajin kajian juga kek ayah :)

Mmm... hari ini rasanya saya mau sedikit berbicara tentang mendahulukan kepentingan orang lain, tentu saja berlaku kalau mendahulukan orang lain itu tidak akan mencelakakan kita. Mmhh... kenapa ketika menulis kalimat barusan tadi saya jadi teringat kisah 3 sahabat yang kemudian meninggal karena sedang sekarat akibat perang. Ketiganya sama-sama kehausan, namun air yang ada Cuma cukup untuk satu orang. Ketiganya saling mendahulukan, tolak-tolakan. “Kamu saja yang minum,” begitulah mungkin kata2 sama mereka sampai akhirnya mereka meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan... Sejarah mencatatnya sebagai kuatnya rasa cinta mereka, sehingga sampai hal yang berkaitan nyawa pun mereka rela memperuntukkannya untuk sang saudara.

Apa gerangan yang membuat mereka serupa itu? Air itu sumber kehidupan mereka, sedangkan porsinya hanya cukup untuk satu orang... Oh... shirah ini membicarakan tentang cinta. Kecintaan pada saudara karena Allah. Ya.. karena Allah.. Mereka sama-sama berperang di jalan Allah dan menghembuskan nafasnya dengan senyum cinta kepuasan karena sudah berhasil itsar. Mendahulukan saudaranya. Bukankah dalam sebuah hadits dikatakan, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”?

Terkadang, untuk hal-hal kecil yang tidak berkaitan dengan nyawa, bahkan tidak mengancam apapun dari kita.. kita masih sulit untuk mengulurkan tangan lebih segera. Merespon cepat sebuah permintaan bantuan. Meminjamkan barang sebentar sebuah barang yang mungkin saat itu sangat diperlukannya. Atau juga memberi sedikit uang, mungkin justru menjadi penyambung hidup bagi mereka.

Ah... Padahal.. Padahal mencintai saudara adalah salah satu bagian dari kesempurnaan iman. Mendahulukan kepentingan saudara sama halnya... Sahabat, maafkan saya yang mungkin tak cepat merespon jika kalian butuh pertolongan. Maafkan saya jika abai saat kalian mengeluh. Saya masih belajar dan ajarkan saya. Ajarkan saya mencintai kalian sebagaimana saya mencintai diri saya sendiri, cinta yang datang karena kesamaan iman. Keserupaan visi, bahwa kita hidup untuk kembali. Bahwa kebaikan adalah segalanya.. yang akan menjadi bekal dalam melanjutkan perjalanan usai etape ini..

Salah seorang tokoh dari agama sebelah pun juga pernah mengatakan, untuk apa hidup kita ini kalau tidak untuk bermanfaat bagi orang lain? Sebuah ungkapan pertanyaan yang merupakan pernyataan.

Rasulullah pun dengan gamblang mengatakan manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Tentu yang dimiliki oleh jiwa yang luwes, bisa duduk di permadani sekaligus tak janggal duduk di jerami. Merunduk ketika tambah tinggi. Dan tak meringis ketika si kumal meminta bantuannya untuk melakukan sesuatu. Rasulullah saja yang sempat bermuka masam pada saudaranya ditegur oleh Allah, lantas kepada kita??? Sudah berapa teguran yang kemudian harus Allah tudingkan kepada kita karena sikap kurang baik terhadap saudara. Sikap acuh kepada mereka yang membutuhkan.

Astagfirullah..

Maafkan saya para sahabat. Yang sering lalai dalam menunaikan hak-hak ukhuwah sahabat...

Tulisan saya untuk instropeksi diri saya yang begitu penuh kekurangan dan cacat dimana-mana. Jika kurang berkenan maafkan. Bagi yang dengan paksa saya tandai.