Rabu, 30 Maret 2011

Kepada semua orang yang memelihara prinsip-prinsip dakwah, melindungi dan berkorban karenanya serta tidak melakukan tawar-menawar terhadapnya. Mereka laksana gunung yang kokoh di atas jalan dakwah. Kepada orang-orang yang melakukan ijtihad terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, lalu membuat kreatifitas, mengadakan pembaharuan dan pengembangan serta menampakkan keluwesan dakwah sesuai dengan realitas hidup sambil tetap menjaga keasliannya (persembahan dalam Ats-Tsawabit Wal-Mutaghayyirat)

Selasa, 29 Maret 2011

untuk KAMMI: SEMANGAT KELAHIRAN

13 tahun lalu, kita tak tahu persis bagaimana suasananya, bagaimana rasanya. Yang jelas, ketika itu kita berani pastikan, di sana sedang berada jiwa-jiwa penuh dedikasi tinggi, komitmen menyelamatkan bangsa ini dari segala bentuk ketidakadilan, penindasan, rezim.

Tepat ketika matahari menggelincir dari atas kepala, pukul 13.30 WIB, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ( KAMMI ) dideklarasikan di Aula Universitas Muhammadiyah Malang (UMM ), Minggu (29/3/98). Kelahiran KAMMI sudah merupakan keniscayaan. Sudah terlalu lama mesjid kampus bergolak, menuntut partisipasi. Orang-orang menyebutnya gerakan mahasiswa yang religius, ditandai dengan kentalnya warna Islam dalam setiap kegiatan dan penampilan aktifisnya. Hari itu, sekian pasang mata menyaksikan wadah baru yang akan menjadi wadah bagi pejuang-pejuang muda Islam merumuskan jalan kebangkitan bangsa, Indonesia, Kebangkitan Islam.

Tak lama setelah dideklarasikan, KAMMI melakukan gebrakan aksi perdananya yang mengejutkan. “ Rapat Umum Mahasiswa dan Rakyat Indonesia “ digelar di lapangan Masjid Al-Azhar, Jakarta, (10/4/98). Aksi perdana ini menjadi begitu fenomenal. Andi Rahmat mengatakan sebabnya, jumlah massa Aksi yang hadir tergolong besar, yaitu sekitar 20 ribu orang. Aksi tersebut merupakan Aksi pertama mahasiswa yang dilakukan di luar kampus. Aksi massa besar di luar kampus itu ternyata berjalan secara tertib dan aman. Isu utama yang diangkat adalah “Reformasi Total“ sebagai jalan penyelesaian krisis. Ini merupakan Aksi pertama mahasiswa yang mampu memobilisasi dan mengkonsolidasi massa rakyat. Dalam aksi ini hadir ibu-ibu rumah tangga, buruh-buruh korban PHK, dan beragam unsur lainnya.

Tentu saja keberhasilan itu tak hanya untuk dikenang. Mesti dilanjutkan estafetnya. Organisasi ini adalah tulang punggung dakwah dan karenanya harus kuat memikul beban berat dalam waktu yang panjang. Supaya tulang punggung itu kuat harus diisi oleh orang-orang yang juga kuat dan tangguh dalam seluruh aspek kepribadian. Untuk mencetak pemimpin-pemimpin umat itu kita memerlukan proses pembinaan dan kaderisasi yang sistematis, integral, dan waktu yang relatif panjang, (Matta, 2002:8-9). Waktu 13 tahun belumlah seberapa untuk mewujudkan cita-cita KAMMI.

Untuk itu, marilah kita ingat kembali, ketika Rasulullah mengatakan kepada para sahabat bahwa Konstantinopel pasti akan dibebaskan, para sahabat mempersiapkan diri. Akan tetapi, hanya Abu Ayyub Al-Anshari yang langsung mengambil kudanya lalu menempuh jalan panjang menuju konstantinopel seorang diri. Itulah cerita sahabat, pahlawan mukmin sejati, memiliki jiwa yang peka, panggilan kepahlawanan senantiasa menciptakan getaran dalam jiwanya, getaran untuk menggodanya agar segera memenuhi panggilan itu.

Keyakinan akan janji Allah begitu melekat erat dalam jiwa-jiwa itu. Lalu, masihkah kita ragu akan kemenangan Islam yang telah Allah janjikan? Bergeraklah laksana Abu Ayyub Al-Anshari. Jangan menunggu!! Lakukan apa yang bisa dikerjakan sekarang!

Special For Kader KAMMI

Jadikan moment millad ke-13 KAMMI ini membuat kita merefleksi kembali apa latar belakang terbentuknya KAMMI? Sehingga kita paham apa yang menjadi cita-cita kita bersama, mencapainya dengan penuh keyakiinan dan kesungguhan.

Murnikan kembali jiwa-jiwa kita sebagai seorang kader KAMMI yang bergerak berlandaskan Al Quran dan Sunnah.

“Katakanlah: bekerjalah kamu, maka ALLAH, Rasul, serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu…” (ATaubah:105)

Perjuangan dirancang oleh orang alim, diperjuangkan oleh orang-orang ikhlas, dimenangkan oleh orang-orang berani, dan akhirnya dinikmati oleh orang-orang pengecut. (Alm. K.H Rahmat Abdullah)

Catatan Muktamar..

JiLan Al Rasyid16 Maret 1:29
Sosok paling terakhir yang mendapat giliran menyampaikan visi misi. Seperti biasa (beberapa kali aku menyaksikan ketika beliau berbicara di forum –DM3 Megapolitan dan sekarang,muktamar--) forum mendadak hening. Disusul dengan suara khas beratnya. Tenang. Wajah-wajah tegang pun meremang. Pfuh… seperti ada beban-beban berat yang luar biasa menghimpit dada masing-masing kader KAMMI yang berada di ruang sidang Arafah.

Teringat aku cerita beberapa akhwat Jakarta di Bekasi kurang lebih sebulan lalu. Sambil menitikkan bulir-bulir bening. –ah… sebegitu susahkah masing-masing kita ini untuk lapang? Lucu sekali kita yang katanya memiliki visi bersama, kader tarbiyah, dan fikrah gerakan yang begitu mengedepankan yang namanya ukhuwah tapi malah bermasalah di titik itu.”

Usai penyampaian visinya selesai beliau berkata, “Siapapun yang menjadi ketua KAMMI Pusat ke depan harus bisa melakukan semua itu –visi yang sudah dipaparkan tadi_pen-- dan satu hal lagi yang terpenting bagi KAMMI adalah mempertahankan ukhuwah Islamiyah. Maka saya tegaskan, tidak ada lagi permasalahan terkait apa yang terjadi sebelum dan sesudah MLB”

Presidium sidang I kemudian mengingatkan waktu.
Selang 2 detik pasca presidium sidang 1 mengingatkan waktu penyampaian yang tinggal satu menit lagi. Sosok berkostum putih hitam itu berkata, “beberapa waktu tadi saya menyatakan bersedia dicalonkan memang agar saya bisa berbicara banyak di sini,”
Hening sejenak…..
‘Selama ini saya yakin banyak fitnah menyangkut diri saya, hari ini saya ikhlaskan semua itu. Dan hari ini juga saya meminta maaf atas segala kesalahan di masa lalu, saya juga menyampaikan permohonan maaf dari akh Amang, akh Adi Sukmono (bla…bla… bla… -ana gak inget karena udah haru banget…. –seandainya antum di sini semua wahai anggota2 ‘KM’)
“Barangkali kemunduran dan kesulitan yang dialami oleh KAMMI semasa kepengurusan Akh Rijal ada juga kontribusi saya di dalamnya. Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.”

13.10
AbuZar berdiri memeluknya… haru merambat. Tangis tertahan meluncur. Disambut kemudian sembilan kandidat lainnya berdiri. Memeluk hangat sosok itu. Ketum PP pusat demisioner tiba-tiba saja sudah berada di depan dan…. Mendekap eratnya. Peserta sontak ‘KAMMI sadari jalan ini.. kan penuh onak dan duri.. Aral mengahdang dan kezhaliman yang akan KAMMI hadapi.. Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati.. jasad ini.. darah ini.. sepenuh ridha di hati…’
Semua luruh sudah… kita akhiri semua dengan keikhlasan. Seperti kata pak RI ketika menyampaikan tanggapan umum usai penilaian LPJ PP KAMMI Pusat. “kita awali dari nol dan akhir ini pun dengan nol lagi”
ALLAHU AKBAR!!! ALLAHU AKBAR!!!

Kami berada di sini karena-MU ya ALLAH… hanya karena-MU. Bercita-cita membebaskan semua rakyat Indonesia, umat manusia dari semua kesengsaraan dunia… akhirat… Bercita-cita mengibarkan kalimat-MU di tiang tertinggi dunia ini. Satukanlah hati-hati kami ya ALLAH….

“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahklan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah di jalan)-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya, dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-MU, hidupkanlah dengan ma’rifah-MU, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-MU. Sesungguhnyya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin.”

Jilan Al Rasyid melaporkan dari Asrama Haji, Banda Aceh.
Rabu, 16 Maret 2011
14:11

Cat. Bagi kawan2 yang juga menyaksikan kejadian ini harap segera confirm kalau ada detak yang tak teramati oleh ana, begitu pun redaksi ucapan-ucapan FA tak terekam lengkap oleh otak yang kadang juga payah ini. Semoga menyebar hawa haru biru Muktamar VII KAMMI Banda Aceh. Dan dengan tegak kita bisa mengatakan, “KAMMI itu satu! Tidak ada itu pengkotakan, tidak ada itu perpecahan”.

Senin, 07 Maret 2011

Ada "KAKAK"

Bismillah…

Selalu.. dengan menyebut nama-MU ya Allah…

7 Maret 2011

23:31 WHp

Angin malam menggerus semua kejadian yang baru saja selesai hari ini. Sesak ketika melihat bagaimana lambannya sosok-sosok itu dalam memekai setiap kejadian yang ada, mereka begitu biasa… dan kemudian dalam bertindak. Semuanya, “Kakak…” sampai hal-hal kecil pun, sampai yang remeh-temeh pun. Ah, apa salah didikan atau memang ini jiwa zamannya. Bukankah katanya, masing-masing periode memiliki jiwa-jiwa masing-masing periodenya?

Atau..

Apakah itu karena masih ada sosok ‘kakak’ di sini?

Hm…

Kadang sangat ingin diam saja. Membiarkan mereka berbuat lebih berani, lebih bijak, dan lebih mandiri. Kokoh dalam menghadapi setiap masalah. Teguh dalam dasar-dasar bergerak.

Terlalu jauhkah aku berharap? Atau tak pandai aku menganalisa kapasitas mereka… sehingga memerih ketika mereka begitu lembeknya..

Jumat, 04 Maret 2011

Pesan Klasik untukmu...

Kau datang dengan wajah yang gundah hari itu, masih terhitung pagi walaupun siang sebentar lagi menjelang. Kini, aku mencoba mengais-ngais kembali kata yang terlontar darimu.
“Aku tahu kalau itu yang benar...” isakmu mengalir. Aku diam. ingin sebenarnya menghambur memelukmu, kemudian memegang wajahmu dan mengangguk yakin. “Kau bisa!”
Tapi aku hanya diam, belum bisa mengucapkan satu patah kata pun. Lirih hatiku berkata, “Alhamdulillah ya Allah...”
Jilbab hitam tipis yang kau kenakan sudah penuh dengan ingus dan air mata. Dengan semangat kuambil manset, kaos kaki, juga jilbab tebal dari lemariku. Kusodorkan padamu. Dan perlahan kau memakainya.
Hm... Kau begitu cantik dengan pakaian takwa itu Un.......

***

Begitu banyak waktu yang sudah kita lewati bersama, aku tahu akan rapuhmu dan kau pun mungkin juga lebih banyak tahu bagaimana aku. 3 tahun lebih kita berkutat di dalam aktifitas kewartawanan kampus. ah, ecek-ecek. bukan aktifitas yang apa-apa sebenarnya. Cuma sarana belajar dan juga sarana untuk membuncahkan rasa-rasa tentang banyaknya ketimpangan yang terjadi di ruang kampus kita ini, di ruang padang ini, Sumatera Barat, atau nasional. Masa yang luar biasa, lagi-lagi idealis yang sering dengan senyum bangga dan yakin kita menyebutnya.
Tapi waktu terus bergulir. Tak bisa ditahan jarum jam itu untuk tak bergerak. Tiba saatnya kita menjalankan peran sebenarnya dalam liku hidup kita masing-masing. Selamat tinggal kampus.
***
Nun jauh di sana suaramu serak. Tenggorokanmu sedang bermasalah, akumu. hmm... betapa sebenarnya aku ingin melihat langsung bagaimana keadaanmu kini. Yang dari cerita-cerita sedikit di pesan singkatmu, menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Jakarta. Tempat kau lulus tes PNS beberapa waktu lalu.
“Aku baru... aku masih rapuh,” keluhmu.
hmmm...
“Aku sanksi apa bisa bertahan.” Jakarta sangat beda dengan Padang. Tentu.

***

Kemudian kau jalani hari dengan penuh kegalauan. Keterasingan. Dianggap aneh di kantor karena menolak bersalaman dengan laki-laki. Tambah lagi ketika melihat fenomena orang-orang berjilbab lebar tapi santai saja berjalan berdua-dua dengan laki-laki. Atau mojok di waktu-waktu istirahat kantor. Atau juga mereka yang dengan tanpa canggung dan tanpa raut bersalah ketika bersalaman dengan laki-laki yang kau tahu bukan muhrimnya. Ah, kenapa ini terasa begitu berat dan semakin berat ya Allah?? begitulah kira-kira keluhmu...
sempat kemudian kau ungkapkan kata-kata dalam benakmu. “Apa dipendekkan saja sedikit jilbab ini ya... biar tak begitu kentara. Atau nampak berbeda dengan orang-orang lain.”
Isakmu. Ketakutannmu. salah satu modal sebenarnya untuk menguatkan diri. betul, amat betul katamu bahwa berkata itu memang mudah tapi praktiknya begitu sulit. Andai aku berada di posisimu aku juga tak tahu?
Sungguh... aku tak bisa banyak berbuat. karena rasanya memang kata-kata atau sms yang aku lontarkan merupakan kata-kata klise.
Gigihlah menghubungi ‘uni’ barumu di sana. Kamu harus bertahan. Bertahan. Sabar. Dekatlah pada-NYA. Memohon perlindunganlah pada-NYA. Dekatlah dengan al Quran. Sungguh... orang yang kucintai karena ALLAH... kupikir memang itulah obatnya. Segala rasa itu datang dari Allah. Kekuatan dan keteguhan hati untuk istiqomah di jalan-NYA juga dari-NYA. Kau mesti percaya, YAKIN dengan kekuatan doa.

Pagi yang jernih, 5 Maret 2011