Kamis, 28 Oktober 2010

MenTawai...

republika.co.id

Ini dari kakak: dak usah! Medannyo luar biasa berat!.. ini yang dari Tuapejat mau ke lokasi saja banyak yang balik karena ombak tidak memungkinkan dilewati.

28 Okt 2010

14:14:49

Setelah hampir setengah hari menunggu keputusan, akhirnya sms dari istri kakakku itu kuterima juga. Ternyata dia memang sudah membicarakan dengan kakak. Hm.. menghancurkan signal2 harap yang diberikan ibu di pagi tadi. “Kalau Ibu terserah kamu, coba izin dulu ke kakak atau ayuk (istri kakak).”

Hm… pilihan tentu saja ke Ayuk. Dan apa daya, ada yang kulupa. Kalau ayuk tak pernah memutuskan sesuatu tanpa campur tangan kakak.

Kemarin hasil berbincang dengan orang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pun begitu komentarnya, ombak sangat tinggi bahkan mencapai 12 meter. Susah sekali untuk ditembus.

Sampai saat ini sudah 343 korban yang tewas, hilang 338, sedangkan korban yang mengalami luka-luka berat sudah bertambah menjadi 264 orang dan luka ringan menjadi 140 orang. Data kerusakan rumah penduduk yang baru masuk ke posko Darurat Penanggulangan Bencana gempa dan tsunami di Sikakap, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) tercatat 436 unit rusak berat dan rusak ringan berjumlah 190 unit. Untuk warga yang berada di pengungsian, datanya belum diketahui secara pasti, perkiraan awal bisa mencapai 4000 KK tersebar pada tiga kecamatan.

Isak tangis dan wajah-wajah kelu kita lihat di berbagai media masa. Cetak maupun elektronik. Mahasiswa pun mulai turun ke jalan, melakukan penggalangan dana. KAMMI Al Fath UNP bekerja sama dengan Puskomda mengerahkan tenaga ke beberapa titik, Kamis (28/10). Tidak hanya melakukan penggalangan dana untuk korban di Mentawai, mereka juga melakukan edukasi singkat terhadap masyarakat perihal gempa dan tsunami. Sebagian besar masyarakat Padang (khususnya meraka yang bermukim di sekitaran 5-6 km dari bibir pantai) memang sudah was-was. Contohnya saja ketika gempa pukul 21:42 lalu (25/10), masyarakat seputaran air tawar yang didominasi mahasiswa sudah mengungsi ke ‘daerah hijau’.

***

Bagi yang ingin menyalurkan bantuan (semua jenis, spt: pakaian, uang, makanan dan lain-lain) untuk saudara-saudara di mentawai dapat datang ke posko Unit kegiatan Kerohanian, komplek PKM UNP (081369162471) dan sekretariat KAMMI Al Fath UNP (085288406955)

Bantuan akan didistribusikan ke Mentawai, bekerja sama dengan PKPU.

Senin, 18 Oktober 2010

Lelah....

“Jika kelelahan Anda memuncak, cobaan Anda semakin meningkat dari hari ke hari, musibah datang beruntun kepada Anda, jiwa Anda yang selalu memerintahkan kepada keburukan memprovokasi Anda untuk ‘memilih’ dunia, dan jiwa Anda membangkang kepada Anda, maka Anda harus mengendalikan jiwa Anda, hingga gampang diatur, tunduk kepada Anda, dan merespon seruan Allah ta’ala dengan ridha, setelah sebelumnya ogah-ogahan”

(Tausyah untuk aktivis Islam, Ibrahim, 2004: 16)

Seperti jalan yang begitu panjang, ketika menolah pangkalnya sudah begitu jauh, ketika menatap ke depan, ujungnya belum juga tiba. Terkadang letih mengisi, menghantui dan membayang-bayangi menganjurkan untuk mundur saja. “Jadilah orang yang biasa-biasa saja,” katanya suatu ketika.

Begitu banyak yang menggoda untuk melemparkan dari pentas ini. Kadang walaupun sudah dipaksa sangat untuk meningkatkan ghirah kembali, masihlah begitu sulit. Butuh waktu berhari-hari bahkan sampai kurun minggu, atau mungkin berbulan-bulan. Beruntung bagi mereka yang masih berada dalam lingkungan/komunitas dakwah. Mampu menyerap sedikit-sedikit energi positif saudara-saudara lainnya, masih berkesempatan sering untuk melihat orang-orang ‘bagus’ lainnya. Yang bisa menjadi motivasi, dorongan untuk segera menata diri kembali.

Lalu bagi yang sendiri? Tak jarang memang yang justru mundur teratur atau malah berubah total. Ternyata.. poin berkumpullah dengan orang-orang shaleh begitu dahsyat kekuatannya..

“Ada banyak pemberani yang tidak dapat mengakhiri hidupnya sebagai pemberani. Karena mereka gagal menahan beban resiko,” (Matta, 2004: 11)

Semoga kita dikaruniai kesabaran sampai ujung jalan ini… menjadi yang bertahan bukan berguguran..

Alamanda, di pagi yang jernih

05:21

Gunung tetap akan menjadi atmosfer yang luar biasa bagi beberapa sosok

Dalam mabit malam itu, aku bergetar ketika beberapa sosok bertakbir kencang ketika salah seorang mengatakan ingin ke gunung dan menyediakan lowongan untuk mereka yang berminat

Hfff…..

Tentang Semeru...

PROSES PERIJINAN PENDAKIAN

untuk kegiatan pendakian para calon pendaki mesti terlebih dahulu mengurus perijinan di kantor TN. Bromo Tengger Semeru melalui kantor Seksi Pengelolaan TN Wilyah II (SPTN II) di Tumpang dengan nomor telpon (0341) 787972 bagi pendaki dari pintu masuk Malang, dan kantor Resort Pengelolaan TN Wilayah Ranupani bila pendaki dari pintu masuk Lumajang. Perijinan tersebut bisa dilakukan langsung pada saat akan mendaki tanpa harus booking terlebih dahulu. Kewajiban mengurus surat ijin ini dimaksudkan untuk memudahkan monitoring dan pengawasan lalu lintas pendakian serta antisipasi menghubungi pihak organisasi/keluarga pada saat terjadi musibah.

Persyaratan yang harus dilengkapi oleh calon pendaki sebagai berikut:

– Fotocopy identitas diri sebanyak 2 rangkap untuk masing-masing calon pendaki.

– Mengisi Biodata Semua Pengikut : Nama lengkap, umur, alamat beserta nomor telpon keluarga yang bisa dihubungi masing-masing.

– Membayar karcis masuk, asuransi, dan surat ijin pendakian per orang/pendaki sebesar Rp. 7.000 ,- (bagi umum, dengan rincian karcis masuk Rp. 2.500,-, surat ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-), Rp. 5.750,- (bagi pelajar/mahasiswa, dengan rincian karcis masuk Rp. 1.250,-, surat ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-) dan Rp 24.500 (bagi Warga Negara Asing dengan rincian karcis masuk Rp. 20.000,-, surat ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-). Bila membawa kendaraan pribadi akan dikenakan tambahan biaya lagi Rp 3.000 per sepede motor, dan Rp 6.000 per mobil. Bagi yang naik kendaraan umum/charter maka biaya karcis kendaraan ditanggung oleh masing-masing sopir kendaraan tersebut.

– Pendakian dilakukan berkelompok/beregu, minimal 3 (tiga) orang. Bila ingin mendaki sendirian maka petugas tidak akan memberikan pelayanan perijinan untuk melakukan pendakian.

– Membawa perlengkapan pendakian seperti tenda, bekal makanan, P3K, dan lainnya yang dibutuhkan selama melakukan pendakian. Jangan lupa bawalah kantong plastik buat membawa sampah turun kembali.

TATA TERTIB PENDAKIAN Gn. SEMERU

– Setelah mendapatkan surat ijin pendakian dan melengkapi administrasi pendakian di kantor SPTN II, calon pendaki diharapkan melaporkan diri ke Petugas di Pos Ranupani untuk registrasi ulang (tidak dipungut biaya lagi) dengan mengisi buku tamu (nama ketua kelompok, alamat, jumlah pengikut, nomor surat ijin, tanggal naik dan tanggal turun sesuai yang ada di surat ijin), mengisi blanko daftar barang bawaan.

– Bagi para calon pendaki yang belum pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru dianjurkan untuk didampingi oleh guide, atau bergabung dengan kelompok lain yang sudah pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru.

– Berjalanlah secara kelompok, jangan memisahkan diri dari rombongan, serta dilarang memotong kompas atau membuat jalur sendiri. Ikutilah jalur yang sudah ditetapkan.

– Para calon pendaki dilarang membawa senjata sajam berupa parang, kapak, dan sejenisnya, namun diperbolehkan membawa pisau lipat atau pisau dapur untuk peralatan memasak.

– Dilarang membawa minuman keras dan obat-obatan terlarang selama melakukan pendakian ke Gn. Semeru.

– Dilarang membawa binatang peliharaan dan alat buru.

– Saat di Puncak Mahameru dilarang mendekati kawah jonggring saloka yang masih aktif karena berbahaya adanya gas belerang dan semburan abu panas, serta material lainnya.

– Dilarang melakukan kegaduhan, membuat api yang bisa menyebabkan kebakaran hutan, membuang sampah sembarangan serta pencemaran. Saat meninggalkan lokasi atau turun, pastikan tidak ada lagi api yang masih hidup, dan sampah yang masih berserakan. Bawa turun kembali sampah anda.

– Mintalah arahan dan penjelasan kepada Petugas mengenai pantangan-pantangan jika ada, dan kondisi terakhir rute pendakian. Jangan memaksakan diri bila fisik dan mental belum siap.

– Setelah turun dan tiba di pos Ranupani, agar melaporkan diri kepada Petugas dan mengisi buku tamu kembali untuk memastikan bahwa anda dan rombongan telah benar-benar turun, dan menyerahkan sampah bawaan.

RUTE PERJALANAN KE Gn. SEMERU

dapat melalui Kab. Lumajang dan Malang, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada menu Accesbilitas. Namun selama ini kebanyakan calon pendaki masuk melalui pintu masuk Tumpang kantor SPTN II (Malang).

Pendaki yang menggunakan jasa kerata api, dari Stasiun Kota Baru Malang naik angkot AMG, ADL (Rp 2.500) turun diterminal Arjosari Malang selama kira-kira 15 menit. Dari terminal Arjosari (Malang) pendaki dapat naik angkot warna putih jurusan Tumpang-Arjosari (TA) selama 45 menit dengan biaya Rp 5.000,- turun di terminal pasar tumpang. Dari pasar tumpang perjalanan dilanjutkan naik jeep/truck engkel ke Ranu Pani selama 2 jam dengan biaya Rp. 30.000,- per orang atau carter Rp 400.000,- per kendaraan.

Sebelum sampai Ranu Pani, tak jauh dari terminal pasar tumpang, para pendaki akan dibawa terlebih dahulu oleh sopir jeep/truck engkel ke kantor SPTN II di Tumpang untuk mengurus surat ijin pendakian dan membeli karcis masuk kawasan dengan perincian sebagai berikut:

Setelah sampai di Ranu Pani, para pendaki diwajibkan melapor ke petugas dengan menunjukkan surat ijin pendakian dan karcis masuk. Di sini merupakan pos pemeriksaan, terdapat juga cafetaria dan penginapan. Di Ranu Pani para pendaki akan mendapatkan penjelasan-penjelasan dari petugas sebelum berangkat untuk melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Ranu Pani merupakan perkampungan terakhir sebelum mendaki Gng. Semeru yang terletak pada ketinggian 2.200 m dpl. Di sini terdapat 2 danau yakni Danau Ranu Pani (1 Ha), dan Ranu Regulo (0.75 Ha). Sekitar danau dapat juga digunakan untuk berkemah/menginap.

WAKTU PENDAKIAN

Calon pendaki tidak setiap saat dapat melakukan pendakian, hal ini dikarenakan terkadang pendakian ke Gn. Semeru di tutup untuk sementara guna memulihkan ekosistem, serta apabila terjadi peningkatan aktivitas Gn. Semeru. Bila ada penutupan sementara jalur pendakian ke Gn. Semeru pihak TN. Bromo Tengger Semeru akan menginformasikan melalui menu NEWS. Untuk melakukan pendakian ke Gn. Semeru, pulang pergi diperlukan waktu beberapa hari tergantung kemampuan fisik masing-masing calon pendaki. Sebaiknya membawa bekal yang dilebihkan karena kita akan betah berkemah, bisa jadi karena pemandangan dan suasana yang sangat indah, atau karena kelelahan setelah mendaki gunung semeru.

Pendakian dari Ranu Pani menuju puncak semeru sebaiknya dilakukuan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Ranu Pani- Ranu Kumbolo Dari Ranu Pani pukul 7.00 WIB menuju Ranu kumbolo 10 km melalui jalan setapak yang memakan waktu sekitar 3-4 jam. Bagi pendaki yang baru pertama kali mungkin akan bingung menemukan jalur pendakian, untuk itu setelah sampai di gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar karena ke arah kebun penduduk.

Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek. Jalur awal yang akan dilalui landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, ikuti saja tanda ini. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting di atas kepala, sehingga harus sering merundukkan kepala, tas keril yang tinggi sangat tidak nyaman.

b. Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, para pendaki akan sampai di Watu Rejeng, merupakan batu terjal yang sangat indah dengan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang dapat terlihat kepulan asap dari puncak semeru.

c. Dari Blok Watu Rejeng perjalanan masih berlanjut menuju Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumbolo terdapat danau yang sangat luas (12 Ha) dengan ketinggian 2.400 m dpl. Di Ranu Kumbolo ini terdapat pondok pendaki serta MCK untuk istirahat dan memasak bahkan untuk menginap/bermalam. Sekitar danau juga dapat digunakan untuk berkemah. Kondisi air di danau ini jernih dan terbebas dari polusi udara.

Ranu Kumbolo merupakan tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah-celah bukit yang menyebabkan sekitar danau berwarna kemerah-merahan dan kekuningan, di tambah uap air dari danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Di pagi hari juga dapat melihat atraksi burung belibis. Di daerah ini juga terdapat prasasti peninggalan jaman purbakala dan diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

d. Ranu Kumbolo-Kalimati. Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo akan diawali mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati berjarak 5 km membutuhkan waktu tempuh 2-3 jam. Tak jauh dari ranu Kumbolo terdapat padang rumput yang terletak di lembah gn. Ayek-ayek yang dinamakan pangonan cilik. Asal usul nama tersebut karena padang rumput ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (Pangonan).

Selanjutnya di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo, luasnya 100 ha. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan.

Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo terdapat kelompok Hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan Gn. Kepolo (3.095 m dpl) merupakan hutan yang ditumbuhi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Daerah ini topografinya relatif datar. Kadang di sini dapat dijumpai burung dan kijang.

Setelah cemoro kandang perjalanan berlanjut ke padang rumput Jambangan yang terletak 3.200 m dpl, di sini terdapat beberapa cemara, mentigi, dan bunga edelweis. Topografinya relatif datar, terdapat beberapa tempat teduh yang ideal untuk peristirahatan. Dari tempat ini terlihat dengan jelas gn. Semeru menjulang tinggi dengan kepulan asap yang menjulang ke angkasa serta alur lahar pada seluruh tebing puncak yang mengelilingi berwarna perak. Di tempat inilah para pendaki maupun fotografer sering mengabadikan atraksi keunikan Gng. Semeru.

Kalimati-Mahameru Daerah kalimati merupakan tempat untuk mempersiapkan diri menuju puncak semeru yang sering disebut Mahameru. Untuk melanjutkan perjalanan ke puncak dianjurkan pagi-pagi sekali sekitar pukul 2.00-3.00 pagi. Waktu tempuh sekitar 4-5 jam dengan perjalanan yang terus menanjak. Nama kalimati berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair. Aliran air hanya terjadi apabila musim hujan, aliran menyatu dengan aliran lahar Gng. Semeru. Daerah ini merupakan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweis seluas 20 ha, dikelilingi kelompok hutan alam dan bukit-bukit rendah. Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan pendakian. Di sini terdapat fasilitas pondok pendaki, namun untuk kebutuhan air harus mengambil dari Sumbermani, ke arah barat/kanan menyusuri pinggiran hutan dengan jarak tempuh 1 jam pulang pergi. Disini banyak terdapat tikus gunung sehingga bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan di tempat yang aman.

Untuk menuju puncak, dari Kalimati perjalanan melewati Arcopodo. Arcopodo merupakan tempat transit sementara sebelum ke puncak. Daerah ini berada di lereng puncak Gng. Semeru dengan jalanan yang terus menaik dan berliku-liku di antara hutan cemoro dengan kondisi tanah berdebu. Di tempat ini terdapat beberapa prasasti para pendaki yang meninggal dunia berjumlah 12 buah sebagai tanda berkabung. Prasasti ini dibuat oleh masing-masing groupnya. Salah satu prasasti yang terkenal adalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis (Mapala UI) yang meninggal tanggal 6 Desember 1969. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya ditinggal di Arcopodo atau di Kalimati.

Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00 pagi dari Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air. Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Jalan menuju surga’ itulah ungkapan dari para pendaki yang melakukan pendakian ke semeru. Alur lahar berpasir terbentuk dari bongkahan lahar yang membeku menyelimuti seluruh tebing, menjulang tinggi untuk di daki dengan kemiringan 60-70 bahkan lebih apabila berada di bagian bawah tebing.

Di malam hari, tempat ini hanya terlihat seakan-akan berada di kaki seorang raksasa. Kesiapan fisik dan mental harus secara matang diperhitungkan, begitu juga keteguhan hati dan kesabaran serta semangat untuk mencapai puncak tertinggi di pulau Jawa.

Di puncak terlihat beberapa puncak gunung di Jawa Timur, garis-garis pesisir dan pantai Samudra Hindia, kota-kota besar serta matahari terbit di ufuk timur. Pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.

Di puncak Gunung Semeru (Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 – 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau bisa minus, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember – Januari sering ada badai. Di kawah Jonggring Saloko terjadi letusan setiap 15-30 menit. Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Sumber: http://d16do.blogdetik.com/tips-wisata-gunung-semeru/tata-cara-perijinan-pendakian-semeru/

Di tengah semangat yang begitu berapi itu, aku melontarkan beberapa pandangan, wajah-wajah itu kelu. Aku laksana seorang ibu yang sedang menakut-nakuti anak-anaknya…

Aku mengerti, sangat mengerti akan perasaan mereka.

“Ada banyak gunung yang insyaallah akan kita daki dek… Tapi tidak sekarang, belum saat kita seperti ini…”

“Kakak…” lirih mereka.

“Semua dikembalikan kepada kalian…”

“Tanyakan kepada hati…”

Sabtu, 16 Oktober 2010

Prof....

Ketika itu Diah sangat terkejut, ternyata tugas akhir semester yang diberikan sang Profesor semestinya sudah dikumpul dua hari yang lalu. Terbayang-bayang olehnya sosok Profesor itu, dia begitu tegas mesti usianya telah renta. Kulitnya telah begitu keriput. Jalannya yang terseok-seok dengan tongkat hitam yang bisa otomatis diukur panjang pendeknya.

Sejak tahun 1990 beliau telah mengalami struk. Namun sampai 20 tahun kemudian beliau tetap menjadi dosen yang disiplin, tak pernah sekalipun telat datang ke lokal kuliah, dan tak pernah memberikan ampunan kepada mereka yang terlambat mengumpulkan tugas, apa pun alasannya. Diah bergidik. Kecemasan menjalar dalam dadanya. Namun, meski begitu dia tetap harus melakukan sesuatu. Jika tak bertindak maka rela-rela saja dengan E.

Harap-harap cemas Diah memberanikan diri menemui sang profesor di ruang kerjanya. Dan terang saja, profesor itu hanya membeku mendengar penjelasannya yang cuma dua kalimat.

“Maaf, Pak. Saya sama sekali tak tahu kalau proposalnya dikumpul dua hari yang lalu, Pak.”
Sang profesor melepas kacamatanya setelah beberapa saat. Harapan yang sudah lumayan tenggelam melihat aksi diam profesor beberapa detik lalu sedikit timbul kembali.

Diamatinya wajah Diah penuh selidik. “Diah Andriadi!”

“Ya, Pak,” sahut Diah, dengan wajah memelas yang berusaha disembunyikan, dia tahu kalau sang profesor sangat anti wajah memelas, suaranya ditegar-tegarkan.

Diam lagi.

“Kumpulkan besok di sini,” lirihnya sambil menepuk tak bersuara tumpukan tugas mahasiswa di mejanya.

“Apa, Pak,” sahut Diah tak percaya.

“Perlu saya ulangi?! Ujar profesor sambil melotot di balik kacamata tebalnya.

“Tidak, Pak!” tegas Diah kemudian. Bisa berubah nanti kata-katanya kalau minta diulangi.
Keluarnya dari ruangan profesor itu disambut dengan tatapan tanya dari tiga temannya.

“Gimana?” Rosi membuka suara.

“Alhamdulillah, besok,” tutur Diah dengan senyum mengembang.

“Kok bisa???” tanya temannya.

“Lalu kami bagaimana?”

“Temui saja dulu bapaknya,” saran Diah.

“Wah, tidak berani.”

Ya, seperti itu. Terkadang kita takut mencoba. Apalagi kalau akan berurusan dengan hal yang tidak mengenakkan. Mainset yang tercipta penuh dengan kenegatifan padahal itu sama sekali belum tentu terjadi. Sebenarnya menghadapi dosen sekiller apa pun itu tak susah-susah. Hanya butuh mental dan kejujuran. Kejujuran menjadi nilai yang cukup tinggi sebenarnya, karena sebenarnya mereka biasanya memiliki analisa yang jitu akan kejujuran mahasiswanya (tahu kelayakan sebuah alasan, bisa/tidaknya diterima). Jangan lupa, kalau mereka pernah jadi mahasiswa juga dulu…

Lupa

pagi ini sudah banyak hujan
ada yang mengumpat
pula mengeluh
kesal
karena lupa...

lalu kemudian apa jika dia telah membukit
masih ada itu umpatan
sanggupkah keluhan lagi meluncur
berbilur kesal yang muram...
yang kau peluk hanya tatap takut
tanpa daya...
karena, lagi-lagi lupa...

mengguyurlah
erangan-erangan akan kelam
sesalan
untuk kondisi, suatu suasana
terus dan menerus
lupa...

Tapak

peluh melarut bersama buncahan lelah
yang satu-satu menyerbu
terusik ia
untuk berhenti saja di simpang ini
mungkin benar
mungkin sudah takdir
untuk tak membawa tapak
lebih jauh...

Senin, 11 Oktober 2010

Patah Hati...

Dari tadi lagu Camelia itu sudah berkali-kali diputar, aku menoleh ke sosok di komputer ujung. Hmm… yang duduk di komputer ujung memang memiliki hak de facto dan de jure yang penuh terhadap winamp. Lagu-lagu yang diputar terserah yang memegang mos, walau ada permohonan menghiba minta lagu diubah juga tak akan berhasil jika yang pegang mos tak mengizinkan.

Namun kali ini benar-benar, sudah hampir dua jam aku duduk di depan monitor komputer tengah ini. Dan… baru dua paragraf. Aku yang biasanya tak begitu menggubris apa pun kalau sedang berkeringat menyelesaikan laporan mulai gerah. Menyadari bahasa isyaratku, sosok itu menoleh dan nyengir. “Ganggu ya???”

Aku kemudian melempar senyum penuh masalah.

Tangannya kemudian menyentuh mos hijau, akan mematikan winamp. “Kamu emang ndak pengen tuh liat orang pacaran?”

Hek… hampir saja keyboard jatuh saking menggelegarnya pertanyaan itu. kutoleh pemred, dia masih khusyuk. “Kok gitu nanyanya?” kataku kemudian dengan kernyitan kening.

“Iya kan kalau jilbab-jilbab lebar itu ‘kesannya’ gimana… pendiem, tenang, trus kalau ketemu laki-laki dingin aja. Acuh. Kamu aja kalau dibecandain paling senyum doang… Jadi takut orang sama kamu. Segen. Trus kalau udah kuasain winamp, nasyid aja… perjuangan-perjuangan aja. Kan sesekali kita butuh juga tuh lagu-lagu yang kayak sekarang ini….”

“Hidup itu perjuangan Man,” kataku sambil pura-pura konsentrasi kembali ke laporan. “Emang ngapain kita ada di dunia ini? Kenapa aku tercipta sebagai seorang Win, bukan si Della, Sonya, semua beralasan Man. Hidupku bukan cuma untuk menjalani siklus. TK, SD, SMP, SMA, kuliah, wisuda, kerja, walimah, punya anak, jadi nenek, trus mati…. Aku diciptakan-NYA dengan tujuan lebih jauh dari itu…”

“Hmm… Pacarku waktu di pesantren dulu mau nikah, Win,” ujarnya kemudian tanpa kutanya. Gubrak!! Gak nyambung kan dengan yang aku katakan tadi. Dasar.

Kemudian…..

“Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaik…” teriak pemred yang sedari tadi diam menekuri Tempo. Mulai mengganas dia rupanya. “Kamu tuh pergi… ndak selesai-selesai nanti tu laporan Redpel!!!!”

Aku terkikik tanpa suara….

Dia melangkah gontai keluar ruangan redaksi, “Wanita… wanita..” lirihnya….