Selasa, 20 April 2010

Tukang Kacang Menjelang Siang

Wangi kacang rebus memenuhi angkat merah yang kutumpangi. Sendal Jepit merah yang mengalas kakinya nampak kumal, kuku-kukunya pun hitam ada banyak selipan kotoran di masing-masing ujungnya. Hm… dia sudah tak sempat untuk memperhatikan kakinya. Bnayak agenda yang lebih penting mendesak. Kematian yang terus mengancam di tiap harinya. Kala menjual kacang rebus menjadi sau-satunya jalan mengganjal perut dengan tukaran uang yang kemudia dibelikan beras ala kadarnya. Beras paling murah saja.

Sesekali, batuk menggoncang tubuh tua itu, aku ingin berbuat sesuatu tapi ah,,, aku tak punya banyak lengan, aku tak punya lembaran lebih hari ini, untuk sedikit memberikannya kesenangan, dengan membeli kacang rebusnya barang sedikit, aku pun tak punya banyak waktu untuk memasuki dunia sang tua itu. Sekedar membuatkan feature hidupnya… dan kembali untuk menyerahkan honor yang tak seberapa.

“Kiri” suara parau itu keluar dari mulutnya, disambut dengan batuk-batuk kembali. Terhuyung dia keluar angkot, dijunujungnya kacang rebus yang beratnya aku tak bisa memperkirakan berapa.

“Kacang…..” :’(